Di tengah geliat pembangunan nasional, desa masih menjadi pusat harapan. Meski menghadapi tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, akses pendidikan dan keterampilan kerja, desa menyimpan potensi besar: tanah yang subur, komunitas yang kuat, serta budaya gotong royong yang masih hidup. Namun siapa sangka, solusi untuk menggerakkan potensi ini tidak selalu datang dari program pemerintah pusat atau lembaga donor internasional. Terkadang, ia muncul dari institusi tradisional yang sudah lama hidup bersama masyarakat: pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah lama mengakar dalam masyarakat Indonesia, berfungsi sebagai pusat dakwah, pendidikan, serta pengkaderan ulama sejak abad ke-14 Masehi. Seiring waktu, fungsi pesantren mengalami perkembangan yang signifikan. Pada era 1980-an, pesantren mulai diarahkan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, yang kemudian berlanjut pada awal tahun 2000-an dengan penambahan peran sebagai pusat pengembangan ekonomi kerakyatan.
Transformasi ini menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak hanya berperan sebagai institusi pendidikan keagamaan, tetapi juga sebagai lembaga sosial yang aktif dalam proses perubahan masyarakat. Pesantren memainkan peran penting dalam pemberdayaan sosial, baik melalui pelatihan keterampilan, pembinaan masyarakat, hingga menjadi contoh keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak hanya mencetak santri penghafal kitab, tapi juga mulai melahirkan petani cerdas, pengusaha kecil, teknisi komputer, bahkan pemimpin komunitas.
Kenapa ini bisa terjadi? Karena pesantren memiliki tiga keunggulan strategis:
Kedekatan dengan masyarakat
Kepercayaan dan legitimasi sosial
Fleksibilitas dalam merancang program sesuai dengan kebutuhan lokal
Kombinasi ini menjadikan pesantren sangat ideal sebagai katalisator perubahan sosial dan ekonomi, khususnya di wilayah pedesaan.
Model-Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren
Beberapa pesantren di Indonesia telah sukses merancang model pemberdayaan ekonomi yang inovatif, adaptif, dan berkelanjutan. Berikut beberapa contohnya:
BLK Komunitas (Balai Latihan Kerja Komunitas)
Program ini didukung oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan sudah hadir di ratusan pesantren di seluruh Indonesia. Santri dan masyarakat desa diajari keterampilan praktis seperti komputer, menjahit, budidaya lele, pengelasan, hingga desain grafis. Pesantren Al Umm Aswaja (Bogor) dan Al-Muhajirin (Subang) misalnya, sukses mencetak tenaga kerja siap pakai lewat pelatihan komputer dan administrasi perkantoran.