GURU HADIR DI HATI, BUKAN SEKADAR DI KELAS
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Dalam perjalanan hidup setiap manusia, hampir selalu ada sosok guru yang meninggalkan jejak mendalam. Ada guru yang kita ingat karena cara bicaranya, ada pula yang membekas karena ketegasannya, atau bahkan karena kebaikan kecil yang ia lakukan di luar jam pelajaran. Dari sekian banyak mata pelajaran yang pernah kita pelajari, sering kali yang paling abadi bukanlah rumus-rumus atau teori-teori yang mereka ajarkan, melainkan perasaan bahwa kita pernah diperhatikan, didukung, atau dimotivasi. Hal inilah yang menunjukkan bahwa peran guru jauh lebih luas daripada sekadar penyampai ilmu. Guru menjadi pengukir hati yang meninggalkan bekas tak lekang oleh waktu.
Namun, tidak sedikit yang masih memahami peran guru hanya sebatas hadir di kelas, menyampaikan materi, dan memastikan target kurikulum tercapai. Kehadiran fisik memang penting, tetapi tidak serta-merta menjamin peserta didik merasa benar-benar dipedulikan. Guru yang sejati adalah mereka yang mampu melampaui batas ruang kelas dan menghadirkan diri di hati setiap murid. Kehadiran itu lahir dari ketulusan, empati, dan keteladanan yang membuat peserta didik merasa diperhatikan bukan hanya sebagai pelajar, melainkan sebagai manusia.
Guru yang benar-benar hadir di hati peserta didik adalah mereka yang mampu menghadirkan keteladanan dalam setiap sikap, memberi perhatian yang tulus, serta menyalurkan kasih sayang tanpa pamrih. Mereka tidak hanya memandang murid sebagai objek penerima ilmu, tetapi sebagai manusia yang perlu dipahami, didengar, dan didukung.
Dalam setiap proses belajar, guru semacam ini tidak hanya memberi instruksi, melainkan menyertakan empati yang membuat murid merasa dihargai. Kehangatan senyum, kesabaran dalam membimbing, dan kebijaksanaan dalam menegur menjadi bahasa kasih yang jauh lebih kuat daripada teori yang rumit. Maka tidak mengherankan bila peserta didik pada akhirnya lebih mengingat sosok guru karena sikap, perhatian, dan ketulusannya ketimbang deretan materi pelajaran yang diajarkan. Kehadiran yang demikian menancap dalam hati, membentuk kenangan indah, serta menjadi cahaya yang terus menuntun perjalanan hidup murid bahkan hingga dewasa kelak.
Dalam suasana demikian, kelas tidak hanya menjadi ruang transfer pengetahuan, tetapi ruang tumbuh yang penuh makna. Guru pun akhirnya tidak sekadar menjadi bagian dari pelajaran yang akan dilupakan, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang selalu dikenang. Jejak kehadiran mereka terus hidup dalam ingatan, memberi arah dan kekuatan bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Agar seorang guru benar-benar hadir dengan hati, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, menghadirkan keteladanan dalam sikap sehari-hari karena peserta didik belajar bukan hanya dari kata, tetapi juga dari perbuatan. Kedua, membangun komunikasi yang hangat dan penuh empati sehingga peserta didik merasa aman untuk mengekspresikan diri. Ketiga, menaruh perhatian pada kebutuhan individu murid, baik akademik maupun emosional, agar mereka merasa dihargai sebagai pribadi. Keempat, konsisten menunjukkan kepedulian melalui dukungan, motivasi, dan doa yang tulus.