SCHOOL WELL-BEING: KETIKA SEKOLAH MENJADI RUMAH AMAN BAGI SEMUA WARGANYA
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Sekolah sering disebut sebagai rumah kedua, tetapi tidak semua sekolah benar-benar terasa seperti rumah yang menenangkan. Banyak anak datang dengan cemas, guru mengajar di bawah tekanan, dan orang tua pun resah karena khawatir akan suasana belajar yang tidak ramah. Di sinilah pentingnya school well-being: menjadikan sekolah sebagai ruang yang aman secara fisik, mental, dan sosial. Ketika rasa aman tumbuh, relasi antar warga sekolah pun membaik, suasana belajar menghangat, dan setiap individu merasa dihargai serta terlindungi. Membangun sekolah yang sehat jiwa dan raga bukanlah mimpi, melainkan tanggung jawab bersama agar setiap langkah di lingkungan sekolah selalu terasa pulang ke rumah.
Mewujudkan school well-being bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Pertama, guru, misalnya, dapat membuka kelas dengan sapaan hangat, mendengar keluh kesah siswa tanpa menghakimi, dan menciptakan aturan kelas yang adil bagi semua. Kedua, siswa diajak saling menghargai teman, menolong yang kesulitan, serta berani melapor jika melihat perundungan. Ketiga, orang tua pun berperan penting dengan mendukung komunikasi terbuka di rumah, mendampingi belajar tanpa membebani anak dengan tuntutan berlebihan, serta aktif menjalin hubungan baik dengan pihak sekolah. Ketika ketiganya saling terhubung, sekolah perlahan akan menjadi ruang yang benar-benar aman, ramah, dan membahagiakan bagi semua warganya.
Langkah-langkah tersebut sejalan dengan pandangan Professor Peter Gray, seorang psikolog pendidikan dari Boston College, bahwa konsep school well-being menekankan pentingnya kebebasan dan rasa aman dalam proses belajar, sehingga anak dapat berkembang secara alami tanpa tekanan yang merusak kreativitas dan mentalnya. Selain itu, sekolah harus bertransformasi menjadi ruang bermain intelektual dan sosial, bukan penjara aturan dan ketakutan. Pandangan ini meneguhkan makna school well-being sebagai ekosistem yang merawat, mendukung relasi sehat, dan memberi ruang tumbuh bagi setiap warga sekolah.
Meskipun konsep school well-being semakin sering digaungkan, tantangan di lapangan tetap nyata dan kompleks. Masih banyak sekolah yang harus bergulat dengan masalah perundungan, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Beberapa guru juga kerap terbebani administrasi berlebih sehingga kurang memiliki waktu untuk membangun kedekatan emosional dengan siswa. Di sisi lain, orang tua kadang sulit bekerja sama dengan pihak sekolah karena keterbatasan waktu atau miskomunikasi. Fasilitas fisik yang kurang memadai pun bisa menambah risiko kecelakaan atau gangguan kesehatan. Semua tantangan ini harus diakui dan dihadapi bersama agar mimpi menjadikan sekolah sebagai rumah aman bagi semua dapat terwujud dalam keseharian.
Harapannya, semua pihak baik guru, siswa, orang tua, hingga pemangku kebijakan saling bahu membahu menjaga sekolah tetap menjadi ruang yang merawat, bukan sekadar tempat menuntut prestasi. School well-being hanya akan hidup jika rasa aman, nyaman, dan saling percaya benar-benar terasa di setiap sudut sekolah. Diharapkan setiap sekolah di mana pun berada mampu menumbuhkan school well-being bukan hanya sebagai slogan, tetapi sebagai budaya hidup sehari-hari. Semoga guru, siswa, orang tua, dan seluruh warga sekolah saling menguatkan, saling menjaga, dan saling mendukung di dalam lingkungan belajar yang penuh kasih dan rasa aman.
Dengan begitu, sekolah benar-benar menjadi rumah kedua yang dirindukan, bukan lagi ditakuti dan sanggup menumbuhkan harapan, kebahagiaan, dan masa depan yang lebih baik bagi setiap anak bangsa. Mari kita bersama-sama membangun suasana belajar yang menyehatkan jiwa, mendukung tumbuh kembang anak dengan gembira, dan menumbuhkan kebahagiaan bagi semua warga sekolah.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI