Ada beberapa poin penting yang perlu dipahami dari pelaksanaan supervisi humanis reflektif. Pertama, supervisi bukan sekadar alat kontrol, tetapi wadah pendampingan untuk menumbuhkan potensi kepala sekolah dan guru. Kedua, pendekatan humanis menekankan dialog, empati, serta penghargaan terhadap martabat pendidik sehingga kritik tidak melukai, melainkan menguatkan. Ketiga, supervisi reflektif mengajak semua pihak untuk meninjau kembali praktik yang dijalankan, menemukan kekuatan, serta memperbaiki kelemahan dengan solusi yang aplikatif. Keempat, supervisi yang konsisten akan membangun budaya belajar berkelanjutan di sekolah, memperkuat kolaborasi, serta meningkatkan kualitas layanan pendidikan bagi peserta didik. Dengan memahami poin-poin ini, supervisi dapat dipandang sebagai ruang bertumbuh bersama, bukan menjadi beban yang menakutkan.
Supervisi yang dijalankan dengan hati akan menyalakan semangat perubahan positif, mempererat kolaborasi, serta menumbuhkan budaya belajar berkelanjutan di sekolah. Seperti ungkapan inspiratif yang patut direnungkan bahwa supervisi sejati bukan mencari salah, melainkan menyalakan terang dalam diri pendidik untuk menemukan kelemahan dan kekurangannya dan siap memperbaiki. Diharapkan melalui supervisi ini, kepala sekolah semakin mantap dalam kepemimpinannya, guru semakin percaya diri dalam mengajar, dan pada akhirnya peserta didik merasakan manfaat dari pendidikan yang lebih bermakna, berkualitas, dan berpihak pada perkembangan mereka secara utuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI