IRONI DI TENGAH HIBURAN: PAMERAN PEMBANGUNAN ATAU PAMERAN SAMPAH?
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Dalam kehidupan sosial masyarakat, hiburan menjadi salah satu kebutuhan penting yang mampu meredakan tekanan, menyatukan keragaman, serta menjadi ruang berbagi kegembiraan kolektif. Berbagai bentuk acara seperti pameran pembangunan, festival budaya, hingga konser musik seringkali dipadati pengunjung yang datang bukan hanya untuk menyaksikan pertunjukan, tetapi juga merayakan kebersamaan. Di tengah kemajuan zaman dan geliat pembangunan daerah, hiburan tak lagi sekadar pelengkap, tetapi menjadi bagian dari identitas publik dan simbol kemajuan. Namun, yang sering kali terlupakan adalah satu elemen esensial yang mestinya tidak terpisah dari kemajuan: kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.
Pameran pembangunan sejatinya memiliki tujuan mulia. Ia dirancang sebagai ruang edukatif dan informatif bagi masyarakat untuk melihat langsung capaian, program, serta arah pembangunan daerah. Lebih dari sekadar hiburan, pameran ini menjadi etalase transparansi publik, tempat pemerintah dan berbagai instansi menampilkan kinerja sekaligus mengajak masyarakat terlibat dalam proses pembangunan. Di balik keramaian stan dan panggung hiburan, tersimpan harapan agar masyarakat semakin sadar akan potensi daerahnya, bangga terhadap kemajuan yang telah dicapai, dan termotivasi untuk turut menjaga serta merawat hasil-hasil pembangunan itu.
Ironi muncul ketika semangat memamerkan keberhasilan pembangunan tidak diiringi dengan perilaku yang mencerminkan kemajuan itu sendiri. Di satu sisi, panggung megah dan stan-stan informatif menggambarkan daerah yang terus bergerak maju. Namun di sisi lain, sampah yang berserakan menjadi simbol nyata bahwa masih ada kesenjangan antara kemajuan fisik dan kematangan mentalitas masyarakat.
Kontradiksi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin kita bicara tentang pembangunan berkelanjutan jika kesadaran dasar untuk membuang sampah pada tempatnya saja belum tertanam kuat? Pameran yang seharusnya menjadi wajah peradaban, justru ternoda oleh jejak-jejak ketidakpedulian. Sudah saatnya kita memaknai ulang arti sebuah hiburan di ruang publik.
Hiburan sejatinya adalah anugerah sosial yang perlu dirayakan dengan cara yang bermartabat, tidak merusak, dan tidak meninggalkan jejak negatif bagi lingkungan sekitar. Dalam konteks pameran pembangunan, kegembiraan masyarakat dan kemajuan daerah harus berjalan seiring dengan tanggung jawab ekologis. Menikmati pertunjukan, berbelanja di stan UMKM, atau berswafoto di spot-spot ikonik tidak seharusnya meninggalkan tumpukan sampah sebagai warisan.
Bersih bukan hanya tugas petugas kebersihan yang menyapu setelah acara selesai, tetapi adalah budaya bersama yang mencerminkan seberapa tinggi tingkat kesadaran kita sebagai masyarakat. Perubahan pola pikir ini penting agar pembangunan tidak hanya terlihat hebat dalam visualisasi panggung, tetapi juga terasa nyata dalam cara kita merawat ruang hidup bersama.
Harapannya, masyarakat Rote Ndao dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan publik dapat menjadikan kebersihan sebagai nilai utama yang melekat dalam setiap perhelatan. Sebab, pembangunan bukan hanya tentang yang dipamerkan, tapi juga yang ditinggalkan setelahnya.(*)