Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pro Kontra Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis

19 Februari 2025   04:20 Diperbarui: 19 Februari 2025   04:20 11917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: tvbiinmafo.ttukab.go.id

Keempat, program MBG ini berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan sosial antara anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi, sehingga mereka memiliki kesempatan yang lebih setara dalam memperoleh asupan gizi yang cukup.

Kelima, program MBG memiliki dampak sosial yang positif dalam membangun budaya makan sehat di kalangan anak-anak. Dengan terbiasa mengonsumsi makanan bergizi di sekolah, anak-anak akan lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat dan dapat membawa kebiasaan tersebut ke lingkungan keluarga mereka. Jika program ini diintegrasikan dengan edukasi gizi, anak-anak tidak hanya menerima makanan bergizi, tetapi juga memahami bagaimana memilih dan mengonsumsi makanan yang sehat secara mandiri.

Input gambar: jatim.tribunnews,com
Input gambar: jatim.tribunnews,com
Oleh karena itu, MBG bukan hanya sekadar program bantuan pangan, tetapi juga langkah strategis dalam membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas di masa depan. Dengan segala manfaat yang ditawarkannya, program ini layak untuk didukung dan diperkuat melalui pengelolaan yang transparan, efektif, dan berkelanjutan demi mewujudkan kesejahteraan anak-anak Indonesia.

Input gambar: palu.tribunnews.com
Input gambar: palu.tribunnews.com
Argumentasi Kontra (Kritik terhadap MBG)

Meskipun Program MBG memiliki tujuan mulia dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, implementasinya tidak terlepas dari berbagai kritik dan tantangan yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kritik utama adalah potensi pemborosan anggaran dan penyalahgunaan dana dalam pelaksanaannya. Program ini membutuhkan alokasi dana yang besar, sehingga jika tidak dikelola dengan baik, dapat membuka celah bagi korupsi, mark-up harga bahan pangan, serta ketidakefisienan dalam distribusi makanan. Kasus penyalahgunaan anggaran dalam program bantuan sosial di masa lalu menjadi contoh nyata bagaimana program berbasis bantuan sering kali tidak berjalan sesuai harapan.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa anggaran yang digunakan untuk MBG bisa dialihkan ke sektor lain yang lebih membutuhkan, seperti peningkatan fasilitas pendidikan atau program pelatihan gizi bagi keluarga miskin agar mereka lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan anak-anak mereka. Selain masalah anggaran, kualitas dan keamanan makanan yang diberikan dalam program ini juga menjadi perhatian serius.

Input gambar: antaranews,com
Input gambar: antaranews,com
Dalam skala nasional, memastikan setiap anak mendapatkan makanan yang benar-benar bergizi, higienis, dan layak konsumsi bukanlah tugas yang mudah. Ada risiko makanan yang diberikan tidak sesuai standar gizi, disiapkan dengan cara yang kurang higienis, atau bahkan mengalami penurunan kualitas akibat kendala dalam rantai distribusi. Pengelola program MBG penting melakukan pengawasan ketat dan sistem kontrol kualitas yang efektif, jaminan kesehatan anak-anak dapat terlindungi dengan baik sesuai standar yang diharapkan.

Kritik lain yang muncul adalah kekhawatiran bahwa MBG dapat menciptakan ketergantungan pada bantuan pemerintah dan mengurangi peran keluarga dalam memastikan kecukupan gizi anak-anak mereka. Alih-alih mendorong kemandirian dalam pola makan sehat, program ini berisiko membuat masyarakat terbiasa mengandalkan makanan gratis tanpa membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pola makan bergizi. Ketergantungan ini juga dapat berdampak pada ekonomi lokal, terutama bagi pelaku usaha makanan di sekitar sekolah yang sebelumnya mendapatkan penghasilan dari penjualan makanan kepada siswa.

Input gambar: antaranews,com
Input gambar: antaranews,com
Selain itu, tantangan dalam implementasi MBG juga perlu diperhatikan, terutama terkait pemerataan distribusi dan ketersediaan infrastruktur di berbagai daerah. Sekolah-sekolah di wilayah perkotaan mungkin lebih mudah mendapatkan akses terhadap bahan makanan berkualitas, tetapi di daerah terpencil atau pelosok, keterbatasan infrastruktur dan transportasi dapat menghambat efektivitas program.

Tidak meratanya distribusi MBG bisa menimbulkan ketimpangan di mana hanya sekolah-sekolah tertentu yang benar-benar merasakan manfaatnya, sementara yang lain masih kesulitan mendapatkan makanan berkualitas. Hal ini berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial dan menambah kesenjangan dalam akses pangan di antara kelompok masyarakat yang berbeda.

Dengan berbagai tantangan tersebut, perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG agar program ini benar-benar efektif dan tidak hanya menjadi proyek populis yang menyedot anggaran besar tanpa hasil yang sebanding. Transparansi dalam pengelolaan dana, sistem pengawasan ketat terhadap kualitas makanan, serta strategi yang mendorong kemandirian gizi bagi masyarakat adalah beberapa aspek yang perlu diperbaiki agar MBG dapat berjalan dengan baik. Jika tidak, program ini bisa menjadi beban bagi anggaran negara tanpa memberikan dampak jangka panjang yang signifikan bagi kesejahteraan generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun