Tidak hanya itu, sekolah juga mengintegrasikan program ini dalam aksi nyata untuk memahami kandungan gizi dalam makanan serta pentingnya menjaga pola makan yang baik. Guru-guru pun berperan aktif dalam memberikan teladan dengan membawa bekal sehat ke sekolah, sehingga siswa dapat melihat langsung contoh nyata dari kebiasaan makan yang baik. Selain itu, sekolah juga membangun komunikasi yang baik dengan orang tua melalui berbagai pertemuan dan sosialisasi, agar mereka turut serta dalam memastikan anak-anak membawa bekal sehat dari rumah.
Kedua, sekolah juga membangun sinergi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao, Puskesmas Baa, dan Dinas Pertanian Kabupaten Rote Ndao untuk memperkuat edukasi gizi, pemeriksaan kesehatan berkala bagi siswa, serta penyediaan bahan pangan sehat yang dapat dimanfaatkan dalam menu bekal harian. Dengan adanya kolaborasi ini, Program SENJA semakin kokoh dalam menciptakan budaya makan sehat di sekolah, sekaligus memberikan dampak positif yang lebih luas bagi lingkungan sekitar.
Keberhasilan Program SENJA (Sehat Tanpa Jajan) di SD Inpres 2 Baa tidak hanya bergantung pada peran sekolah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif dari orang tua dalam membentuk kebiasaan makan sehat anak-anak. Sebagai pihak yang paling dekat dengan anak di rumah, orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menyediakan makanan bergizi serta membiasakan pola makan sehat sebelum anak berangkat ke sekolah. Salah satu bentuk dukungan nyata dari orang tua adalah dengan menyiapkan bekal sehat bagi anak-anak mereka, sehingga mereka tidak tergoda untuk membeli jajanan yang kurang bernutrisi di luar sekolah. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman kepada anak mengenai bahaya konsumsi makanan yang mengandung banyak gula, pewarna buatan, dan bahan tambahan yang tidak sehat.
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, sekolah telah mengadakan pertemuan dengan orang tua guna memberikan edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan dampak buruk dari jajanan sembarangan. Dalam sesi ini, para orang tua diberikan pemahaman oleh dinas kesehatan melalui tenaga gizi dari puskesmas Baa, bapak Nikson Panie, tentang bagaimana menyusun menu bekal sehat yang praktis, bergizi, dan menarik bagi anak-anak.
Dalam pemaparan materi sosialisasi dari narasumber gizi puskesmas Baa, mengatakan ada empat pilar gizi seimbang meliputi: Mengonsumsi pangan yang beranekaragam, Perilaku hidup sehat, Melakukan aktifitas fisik, dan Memantau pertumbuhan berat badan normal. Selain itu, sekolah juga mengajak orang tua untuk  menyiapkan makanan yang disukai anak-anak tanpa harus bergantung pada jajanan luar yang kurang sehat.
Namun, mengubah kebiasaan anak bukanlah hal yang mudah. Tantangan seperti keterbatasan waktu orang tua dalam menyiapkan bekal, kesukaan anak terhadap makanan instan, serta pengaruh lingkungan luar sering kali menjadi hambatan dalam menjalankan program ini. Oleh karena itu, sekolah bersinergi dengan orang tua untuk mencari solusi, misalnya dengan menyusun daftar menu bekal sehat yang terjadwal selama beberapa hari ke depannya dan akan dipantau langsung oleh tim Gizi dari puskesmas Baa.
Selain itu, sekolah juga mendorong adanya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak agar mereka lebih memahami pentingnya pola makan sehat. Dengan keterlibatan yang erat antara orang tua dan sekolah, Program SENJA dapat berjalan lebih efektif dalam menciptakan kebiasaan makan sehat bagi siswa, sehingga mereka dapat tumbuh lebih sehat, aktif, dan berprestasi.
Tantangan dan Solusi dalam Pelaksanaan Program
Meskipun Program SENJA (Sehat Tanpa Jajan) di SD Inpres 2 Baa memiliki tujuan mulia dalam membentuk pola makan sehat bagi siswa, tentunya dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari berbagai tantangan. Pertama, kebiasaan anak yang sudah terbiasa mengonsumsi jajanan di luar sekolah, terutama yang mengandung banyak gula, pewarna, dan bahan tambahan lainnya. Kedua, keterbatasan waktu dan pemahaman orang tua dalam menyiapkan bekal sehat juga menjadi hambatan dalam mendukung keberlangsungan program ini. Faktor ekonomi pun turut berpengaruh, karena tidak semua orang tua memiliki akses atau kemampuan untuk menyediakan makanan bergizi secara konsisten.