Mohon tunggu...
Salma Sakhira Zahra
Salma Sakhira Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Nama : Salma Sakhira Zahra TTL : Jakarta, 28 Februari 2002 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Normal dan Psikopat (4)

9 Oktober 2020   22:27 Diperbarui: 9 Oktober 2020   22:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ini... Si..." temannya ketika melihat Ragatha waktu itu sampai kehabisan kata. Si Tampan cuek saja dan duduk paling pojok dekat kandang marmut. "Marmut..." desis Ragatha. Banyak sekali marmut putih yang memandangnya. Ragatha yang waktu itu tampan dan imut hanya terus tersenyum namun menurut marmut, senyum itu sudah membuat sesuatu terbunuh.

"Marmut..." ucap Ragatha. Marmut itu terus mencicit agar ia menjauh dari dirinya dan kawannya. "Aku sekolah disini, suatu saat aku memegangmu, bukan?".

Ragatha memberikan gelas kecil berisi obat penyembuh lambung dan seketika kumpulan marmut berlari sampai ada yang bertabrakkan. Masih ada satu marmut yang terus ingin melawan sampai pria ini pergi.

"Aku suka marmut!!!" , "Polos!!!!" dumal Ragatha dan ia mendapati perempuan berambut panjang hitam yang katanya anak paling cantik di sekolah.

"Oh marmut, oh marmut, mengapa kamu imut?" Ragatha semakin tidak suka akan kepolosannya. "Ih, kalau aku bawa bandul, aku ingin membuatnya pingsan!".

"Oh iya..." seketika seekor tikus lewat dan baru ingin melakukan aksi penyiraman obat kepada tikus hitam itu, ada seorang perempuan yang memberinya sebatang coklat.

"Ragatha, kamu lapar?" tanya perempuan berkepang satu itu tulus. Akhirnya ia diajak bicara sekian lalu Ragatha menatapnya terus. Ragatha teman sebangku perempuan ini yang selalu membayangkan coklat ketika jam kosong. Entah kenapa Ragatha suka saja dan seketika hilang semua kesukaan itu.

"Iya Icha, terima kasih!" Ragatha terima dan langsung mengejar tikus itu dan menyiramkan obat tersebut namun ia tidak menduga bahwa hewan yang ingin sekali diusir manusia meminumnya dan pingsan dengan mulut berbusa. Hewan itu disiram cat merah dan ditaruh di bawah meja perempuan polos tadi. Kau tahu reaksinya?

"Oh tikus, pergilah, pergi!" Ragatha memukul pintu kelas sepi tersebut. "Sudah telentang kau suruh pergi!!!!" Ragatha tak tahan. Ingin rasanya ia membuat struktur untuk menghancurkan Si Polos itu. "Ya... kucing!" , "Aku suka kucing, matanya bulat lucu!" , "Arrgghhh!!!" geram Ragatha. Ragatha mengakhiri dengan mainan kadang dilempar ke arah perempuan tersebut.

"Kadal..." , "Tahu ah!".

Oh ya, novelnya!

BERSAMBUNG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun