Mohon tunggu...
Salman Rais
Salman Rais Mohon Tunggu... -

numpang di rumah ortu, nyawah sawah ortu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Jenderal Mesir itu Menangis Dalam Sunyi? Apakah Elite IM Girang Penuh Menang?

19 Agustus 2013   01:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:09 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13768500031264443498

[caption id="attachment_281778" align="alignleft" width="720" caption="Sumber Foto, NewyorkPost, Facebook fans page"][/caption] sepertinya kegilaan di Mesir terjadi lantaran mereka kehilangan jati diri lokalitasnya minsetnya mengawang jauh, ke tempat hanya di ceritakan penggal demi penggalan.. yang itupun penggalan itu jadi bahan perkelahian orang banyak untuk membuktikan tafsiran imajinasi masa lalu mereka paling akurat... saya  bahkan HAQQUL YAKIN.. jika para politisi Islam itu tidak ubahnya para Otaku atau Maniak Fantasi, bagaikan orang Inggris yang berpolitik karena berpatokan pada lagenda Arthur... orang AS yang berpolitik berpatokan pada lagenda Custer, orang Russia berpolitik berpatokan pada kisah jayanya Peter, atau orang Italia berfantasi bisa merubah negeri mereka bagai Romawi di zaman Justinian.. nah orang orang Mesir yang menyebut diri mereka IM ini, memiliki fantasi merestorasi ulang kejadian Arab, atau Syam di masa lalu, yang konon Jaya... padahal leluhur mereka pun ada yang hebat, misalkan Kheops itu, apa yang menjadikannya bisa membuat Piramid Giza, saat Firaun setelahnya tidak mampu membuat barang satu pun? mereka sebagian memang orang Arab, tapi ada pula yang asli Mesir toh, bisa menggali nilai lokal jenius yang bisa mereka banggakan pada bangsa tetangganya.. tanpa harus ketat berkelahi..karena jika ingin mengklaim fragmen Islamisme, mereka harus berkelahi dengan seluruh negeri negeri. Dan itu modal tidak bagus membangun kebangsaan pada kompetisi ekonomi yang seketat ini.. Egoisme  dan egosentrisme super hebat melanda orng orang Mesir dalam segregasi kelompok paling edan dan harusnya sudah ketinggalan zaman.. orang orang masih bisa bersantai dipantai ketika sebagian anak bangsanya saling bunuh, atau pedemontrasi yang melanggar hak sipil menghalangi jalan berbuat kerusuhan tidak mau berhenti sampai kemauan mereka di turuti, tapi kok tidak mau dialog mencapai nya!!!?? harga mati... dan akhirnya mati beneran..!!!!  lah mati beneran malah nuntut simpati? bukankah katanya harga mati? bukankah bila pilihannya adalah "bet all cost or die tryin", mati sebagai Syuhada!! kenapa harus ada ekses mengiba? mengapa malah mewek, malah memohon orang asing yang tengah membangun dirinya di dunia lain dari mereka untuk ikutan STANDAR kegilaan yang sama? menuntut orang asing untuk ikut campur urusan mereka, "die with us, with our fight for terms"..  egois sekali.. dan bahkan saya tidak menemukan ruh uluhiyah dalam tindakan egois macam itu sehingga bisa ditarik simpati karena "seagama", kecuali jika simpulnya muncul dari rasa valor dan sisi kebanggaan korps, kesetiakawanan kelompok, oath janji tempur sama sama, baru lah terlihat sisi uluhiyah tentang "juang seiring".. tapi untuk apa juga sisi heroik setiakawanan seagama, dilakukan di tengah dunia yang sedang sekarat dan butuh care dari orang orang waras, global warming, minyak tumpah, pangan Afrika dsb..  yang menjadi prioritas "Ummat" secara fiqh.. karena efeknya lebih terasakan bersama sama ditambah fakta  keinginan ngotot itu berdiri di atas KEGAGALAN bertugas, tidak amanah pada yang diamanahkan, saling tebar rasa curiga, membuat tidak nyaman sesama tetangga sebangsa, dst..  lantaran rakyat itu objek untuk di makmurkan di sejahterakan, bukan dijadikan pion untuk syahwat politik yang ternyata gagal bila diamanatkan. Coba Anda renungkan... apakah para jenderal jenderal (pembantai keji) itu menangis dalam sunyi mereka, ketika titah menghabisi diturunkan? karena nyawa manusia itu adalah seolah seluruh manusia itu sendiri, anak anak hingga dewasa yang dibentuk dari rasa kasih orang tuanya, rasa caring, peduli, kenangan yang priceless, cinta... anak seorang ayah, ibu nya seseorang, ayahnya dia... dan kini direbut, dihilangkan hanya karena beda tujuan politik saya  yakin ya...  para jenderal itu menangis, bahkan jiwa mereka barangkali ikut mati bersama orang orang yang mereka matikan, karena orang orang itu menarik pelatuk setelah mencoba mati matian ingin menyarungkannya berulang ulang. penyesalan Achiles setelah membunuh Hector, bisa kita rasakan setelah mendengar kabar kabar bahwa militer tetap memastikan rakyat yang berkuasa, rakyat yang tetap memilih untuk mereka sendiri.. walau tangisan itu muncul dari batu paling kotor, paling jahanam dan musuh kemanusiaan, tidak termaafkan. Go to hell militer.. tapi setidaknya bijaksanalah. kawal demokrasi itu dan bangun lagi setelah kalian hancurkan.. lalu bagaimana dengan IM, apakah dengan ini petinggi IM telah puas!!?? telah memperlihatkan kemenangan moril, good show pada stage terbatas, mengorbankan konstituennya demi spekulasi kekuasaan, yang mereka sendiri gagal pertahankan?? Ya apalagi? Show berdarah itu malah menaikkan rating popularitas mereka di banyak tempat..  menuai dukungan, meningkatkan moril para franchise nya..  o well persediaan yang akan dikorbankan masih banyak kok..  Namun orientasi pembacaan saya di Indonesia ini pada IM, justru bermuara pada satu hal... childist, immature.. So IM, go to your "heaven" and get laid, GFYs ..  tapi setidaknya bijaksanalah.. jangan ajak kami di Indonesia ini ikut kekanak-kanakan kalian. ****Hikmah untuk Indonesia... pilihlah Jokowi menjadi RI 1 secepatnya...  hehehe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun