Mohon tunggu...
Salma Ida
Salma Ida Mohon Tunggu... Dosen - خير الناس انفعهم للناس

untaian kata kata yang kita tulis adalah perwakilan dari hati kita sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Menuju Pemikiran Filsafat"

9 Februari 2020   19:53 Diperbarui: 9 Februari 2020   20:00 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

REVIEW BUKU

Salma Rosyida

 

Judul                           : Menuju Pemikiran Filsafat

Pengarang                   : Muhammad In'am Esha

Penerbit                       : UIN MALIKI PRESS


Tahun Terbit                : 2010

Jumlah Halaman          : 144

            Buku yang diterbitkan  Muhammad In'am Esha yang berjudul Menuju Pemikiran Filsafat ini sangat bermanfaat, bahkan kehadirannya sangat membantu mahasiswa yang ingin mempelajari mata kuliah filsafat.Tidak hanya itu juga buku ini dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami serta dikaitkan dengan Alqur'an dan as Sunnah.

            " Siapa yang menguasai pengetahuan, maka ia menguasai dunia". Itulah kata kata yang menarik dalam buku ini. Banyak peradaban peradaban besar di dunia ini yang tidak lepas dari penguasaan dan pengetahuan. Contohnya negara mesir, dikarenakan peradaban barat saat ini menguasai dunia , negara mesir dijuluki sebagai kiblat ilmu, sehingga banyak mahasiswa indonesia yang belajar dan mengabdi disana.

            Bagaimana pengetahuan diperoleh, dan mengapa manusia berpengetahuan ? sebelum membahas hal itu , perlu kita ketahui bahwa manusia yang berada di dunia ini adalah seorang kholifah atau pemimpin yang dipilih Allah. Manusia diciptakan dengan sebaik baik penciptaan, dibekali Allah dengan beragam alat pengetahuan seperti indera, akal dan hati. Yang merupakan modal dasar yang sangat penting bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan.Dari sini jelas bahwa manusia mendapatkan pengetahuan dari Allah yang sangat besar.  Dengan demikian semua kembali kepada manusianya ia ingin mengembangkan ilmu pengetahuan itu atau tidak.

            Tapi pada dasarnya tidak ada manusia yang acuh tak acuh dalam ilmu pengetahuan, manusia memiliki fitrah rasa ingin tahu yang sangat besar. Bahkan ilmuwan Ibnu Sina mengatakan  manusia adalah makhluk yang memiliki tujuh kemampuan satu diantaranya adalah mengetahui apa yang ada disekitarnya. Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang mampu berbicara dan mengeluarkan pendapat dengan akalnya.

            Keinginan tahu yaitu dorongan tindakan untuk melengkapi isi kemampuan tahu. Oleh karena itu keinginan tahu adalah aksi dari belum tahu menuju tahu. Keinginan tahu kedudukannya sebagai pendorong, sebagai motor penggerak . Keinginan tahu tidak akan menghasilkan pengetahuan tanpa adanya proses berpikir.

            Islam sangat menekankan umatnya untuk mengembangkan pengetahuan. Banyak sekali ajaran ajaran islam yang termaktub dalam alqur'an dan assunnah memberikan penjelasan tentang pentingnya pengetahuan yang harus dimiliki manusia. Dalam surat Al mujadilah ayat 11 Allah akan mengangkat derajat orang orang yang beriman dan berilmu. Dalam surat Al alaq wahyu yang pertama kali Allah turunkan kepada Rosulullah juga memerintahkan kita agar membaca yang demikian itu juga berkaitan dengan ilmu

            Manusia adalah "homo scientia" makhluk pencari ilmu pengetahun. Al-Ghozali dalam kitab Al- 'Ilm-nya menegaskan bahwa perbedaan asasi antara manusia dengan makhluk lainnya adalah karena kemuliaannya. Yang dibangun bukan karena kekuatannya tetapi kemuliaan itu terletak pada kemampuannya untuk mengetahui. Sebagai manusia yang sejati (insan kamil) manusia harus mampu menghubungkan antara iman, ilmu dan kuasa ilahiyyah. Karena ketiga hal tersebut sangat erat kaitannya. Jikalau kita menganggap bahwa kuasa ilahiyyah sebagai amal (tindakan) maka hal itu tidak dapat dilepaskan dari iman dan ilmu pengetahuan.

Filsafat dalam bahasa arab "falsafah" , dalam bahasa inggris "philosophy"sedangkan dalam bahasa yunani adalah "philosophia" yang merupakan kata majemuk dari kata philos (kekasih) dan shopia (kebijaksanaan atau kearifan). Filsafat ( cinta kepada kebijaksanaan), bijaksana berarti "mengerti dengan mendalam" dengan demikian filsafat dapat diartikan "ingin mengerti dengan mendalam". Istilah istilah sepeti ini digunakan pertama kali oleh Phythagoras (sekitar abad ke-6 SM).

 Pengertian filsafat menurut beberapa ahli :

  • Plato: Ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni    juga penyelidikan tentang sebab sebab yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
  • Al --Farabi: Ilmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang     sebenarnya.
  • Poedjawijatna: Ilmu yang mencari sebab sedalam dalamnya bagi segala sesuatu Yang ada dan mungkin ada.
  • Sebagai proses, filsafat dipahami sebagai "proses atau kegiatan berpikir filsafati"

Sedangkan berpikir secara filsafati memiliki ciri ciri sebagai berikut :

  • Universal: Filsafat memandang objeknya dari sudut keseluruhan (totalitas).
  • Radikal: berpikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
  • Rasional: Berpikir logis yang menarik kesimpulan dengan tepat dan benar. Berpikir sistematis rangkaian pemikiran yang saling berhubungan sehingga argument yang dibangun dapat dipertanggung jawabkan.

Ajaran Al-qur'an memuat banyak aspek yang tidak hanya mengandung ajaran ajaran yang sifatnya ritualistik dan etis, tetapi ia juga mengandung ajaran ajaran yang bersifat filsafati. Alqur'an menyampaikan ajaran kepada manusia yang berbeda taraf berpikir dan kemampuan akalnya. Ada yang diarahkan kehati agar terbuka menerima nasehat, ada juga yang diarahkan ke hati dan akal agar manusia dapat merenung seperti ayat ayat dalam bentuk perumpamaan perumpamaan.

Fenomena perkembangan intelektual islam bagi para orientalis adalah sesuatu yang mengherankan dan sekaligus menjadikan islam sebagai daya tarik tersendiri dalam studi mereka. Hanya dalam waktu kurang lebih dua abad perkembangannya, islam telah mampu mendominasi corak pemikiran yang berkembang pada saat itu.

Fenomena pertemuan tradisi pemikiran islam dengan tradisi pemikiran diluarnya merupakan peristiwa penting yang turut memantapkan bangunan keilmuan islam. Pertemuan antar-tradisi pemikiran ini merupakan keniscayaan historis akibat internasionalisasi islam. Kemenangan islam atas daerah daerah sekitarnya seperti mesir, syiria, Persia yang merupakan pusat pusat perkembangan pemikiran yunani adalah hal yang telah menyebabkan terjadinya pertautan antar-tradisi intelektual.

Perkembangan filsafat sebagai tradisi pemikiran secara embrionik sudah dapat ditelusuri sejak keberadaan islam pada masa Nabi Saw. Alqur'an sangat menegaskan pentingnya kehidupan intelektual serta menggunakan bentuk bentuk rasionalitas tertentu. Ada banyak diskusi mendalam ihwal isu isu rasional dalam berbagai pernyataan yang diriwayatkan Rosulullah Saw dan khususnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ali Ra.

Dalam tulisan ini untuk memudahkan pembaca, penulis membuat ilustrasi bahwa belajar filsafat laksana kita melakukan anatomi sebuah pohon. Ada akar, batang, cabang, ranting, daun dan buah.

Akar filsafat dalam ilustrasi ini sebagai simbol darimana seseorang memulai berfilsafat. Yang meliputi mulai dari ketakjuban, ketidaktahuan, keraguan dan hasrat ingin bertanya. Batang filsafat menjadi simbol apa yang menjadi penopang utama dalam filsafat, karena berpikir merupakat hakikat dalam berfilsafat batang ini menjadi simbol bahwa berpikir adalah hal yang sangat penting dalam berfilsafat.

Cabang dan ranting filsafat menggambarkan pembahasan pembahasan pokok yang ada dalam filsafat. Ada tiga inti cabang filsafat yakni metafisika, epistimologi dan aksiologi. Ketiga hal ini memiliki sub pokok bahasan yang diilustrasikan sebagai ranting. Sedangkan sub sub pokok bahasan yang dari ranting itulah yang dinamakan daun.

Buah filsafat menjadi simbol dari inti pokok tujuan filsafat yaitu meraih kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran filsafat inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk banyak hal. Sepeti menghasilkan teori teori, menjadi norma norma dalam masyarakat dan juga melakukan kritik terhadap aspek aspek kehidupan yang dirasa perlu diubah karena tidak sejalan dengan perkembangan zaman.

Dalam buku ini penulis akan membahas lebih detail lagi mengenai apa itu metafisika epistimologi dan aksiologi.

Metafisika adalah cabang ilmu yang membahas persoalan yang ada sebagai sesuatu yang ada. Sebagai pembahasan yang fundamental metafisika menjadi sebuah permasalah yang mendapat perhatian di kalangan para filsuf. Fungsi metafisika ada dua yaitu :

  • Memahami hakikat realitas
  • Metafisika umum merupakan bagian filsafat yang membahas ada sebagai ada ( being is being ). Ia merupakan dasar paling umum untuk segala galanya.
  • Dasar pengetahuan
  • Metafisika disebut sebagai induk semua ilmu karena ia merupakan kunci untuk mendengar pertanyaan paling penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Pertanyaan pertanyan tersebut sangat mendasar dalam menentukan nasib akhir manusia serta kebahagiaan dan kemalangan abadinya.

Metafisika dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : metafisika umum ( ontologi ) dan metafisika khusus ( spesifik ). Tentang sesuatu yang ada. Metafisika khusus ini terdiri dari theodechi, kosmologi dan antropologi metafisik.

Meskipun pembahasan dalam metafisika modern banyak sekali, buku ini hanya membahas dua persoalan pokok metafisika. Yaitu terkait dengan persoalan kuantitas realitas dan terkait dengan persoalan kualitas realitas. Yang pertama memunculkan aliran monism, pluralism, dan hierarkhi wujud sedangkan yang kedua memunculkan aliran idealisme, materialisme dan dualisme.

Epistimologi merupakan cabang filsafat yang kedua. Ia membahas persoalan bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan dan bagaimana capaian pengetahuan manusia itu dapat dibenarkan. Epistimologi memiliki fungsi yang sangat fundamental mulai sebagai landasan bagi tindakan manusia sehari-hari, pengembangan kearifan dalam berpengetahuan, hingga sebagai sarana untuk penyadaran bahwa didunia ini terdapat variasi kebenaran yang dimiliki manusia yang oleh karenanya manusia layak menjadi manusia yang sempurna ( insan kamil)

Sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut :

  • Berasal dari pengalaman yang bersandar dari persepsi indera ( idrak alhawas ). Tidak ada seorang pemikir yang menafikkan peran indera sebagai salah satu sandaran utama bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan. Bahkan ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa persepsi indera yang diperoleh dari pengalaman inilah yang sangat fundamental bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan.
  • Berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal/rasio. Meskipun indera secara fundamental mampu menyuplai data data untuk menghasilkan pengetahuan, tetapi kemampuan indera sangatlah terbatas. seperti yang dijelaskan oleh  Kartanegara bahwa hanya melalui akallah manusia bisa menghasilkan konsep konsep yang bersifat universal dari sebuah objek yang diamati lewat indera yang bersifat abstrak dan tidak lagi berhubungan dengan data data partikular.
  • Pengetahuan intuitif yang bersandar pada hati (qolb). Ciri khas yang dimiliki hati adalah sebagai berikut:Hati mampu memahami wilayah kehidupan emosional manusia yang bersifat eksistensial.Hati mampu menangkap keunikankeunikan setiap peristiwa yang dialami manusia.Hati mempunyai kemampuan untuk mengenal objeknya secara langsung.\
  • Pengetahuan yang bersumber pada khabar sadiq yaitu pengetahuan yang bersumber pada otoritas atau kesaksian sumber yang terpercaya dan juga wahyu. Imam an-Nasafi menjelaskan bahwa yang termasuk khabar yang benar ada dua yaitu : khabar mutawatir yang informasinya tidak diragukan lagi karena berasal dari banyak sumber dan tidak mungkin bersepakat untuk dusta. sedangkan yang kedua ialah informasi yang dibawa oleh para rosul yang diperkuat dengan mukjizat. 

Aksiologi adalah cabang filsafat utama yag ketiga. Aksiologi membahas persoalan nilai baik yang berkenaan dengan baik dan buruknya tindakan manusia, maupun berkenaan dengan indah dan jeleknya sesuatu. Aksioogi merupakan pemikiran tentang persoalan nilai, sehingga ia juga dikenal sebagai filsafat nilai.

Ada banyak pemahaman orang tentang nilai. Bagi yang objektivisme berpendapat bahwa nilai itu ada dalam diri objek. Terserah apakah orang mau menyadari atau tidak. Bagi objektivisme nilai, penilai orang tidak penting. Sedangkan bagi subjektivitas berpandangan nilai itu tergantung pada subjek yang menilai. Selain nilai ada hal yang tidak dapat dipisahkan dari persoalan aksiologi yaitu tentang etika dan estetika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun