Mohon tunggu...
Afito Saleh
Afito Saleh Mohon Tunggu... Freelancer - Pemimpi

How many smiles did you fake today?

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Awalnya Saya Pikir Jakarta Keras, Ternyata...

19 November 2018   17:12 Diperbarui: 6 Desember 2018   17:20 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merantau itu enak ga enak, tahun 2008 saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Lahir dan besar di Sumatera kemudian tinggal di Bandung, kenal dengan orang-orang baru dan menjadi sahabat hingga saat ini. Bandung saya akui memang kota yang cocok untuk merindukan masa lalu, kenyamanannya mungkin yang bisa menyaingi hanya Yogyakarta. 

Bandung, walaupun jadi salah satu kota besar di Indonesia, ternyata tetap menawarkan kesederhanaan layaknya waktu saya tinggal di Sumatera dulu. Setidaknya saya masih banyak menemui kebiasaan orang-orang Bandung yang masih familiar dengan kebiasaan orang Sumatera. Ya, maklum, namanya juga saya orang daerah, pasti membanding-bandingkan antar kota asal dan kota tempat merantau.

Di Bandung juga saya banyak kenal teman-teman dari berbagai daerah, salah satunya teman dari Jakarta. Ya, mereka baik-baik, kita sering ngumpul di kosan saya juga kosan mereka. Biasalah, anak kampus, semua kosan bisa mendadak jadi tempat kumpul. Pernah sekali mereka mengajak untuk main ke Jakarta, nginap di rumah mereka. 

Jujur, ada rasa takut sedikit, kata orang Jakarta kan kota keras. Tapi, karena saya waktu itu pergi dengan teman yang notabene orang Jakarta, jadi kekhawatiran itu cepat reda. Apalagi waktu itu main ke Jakarta cuma 3 hari paling lama. Setelah itu balik lagi ke Bandung, jadi kehidupan sesungguhnya Jakarta tidak begitu terasa.

Sampai Pada Waktu Ke Jakarta Sendiri...

Ada 3 pilihan tempat melanjutkan hidup bagi anak kampus di Bandung setelah lulus kuliah. Pertama, cari kerja dan hidup di Bandung, kedua kembali ke tempat asal kita tumbuh, ketiga ya ke Jakarta, ibukota yang katanya menawarkan surga karir dan tentunya uang. Dengan ketiga pilihan itu, akhirnya saya memberanikan diri untuk ke Jakarta dengan mencoba-coba melamar pekerjaan di kota itu.

Pas lamaran kerja ditanggapi, tentu saya mesti ke Jakarta untuk hadir. Tiap kali ke Jakarta buat interview kerja dulu takutnya bukan main. Sering kali tidak bisa tidur karena saking takutnya mesti ke Jakarta menghadiri interview. Kurang lebih 6 kali saya bolak balik Bandung-Jakarta demi interview kerja. Uniknya adalah, saya selalu pulang pergi, tidak pernah menginap di tempat teman atau saudara di Jakarta. Entahlah, dulu saking takutnya saya sama Jakarta. Jadi berangkat subuh, setelah interview langsung balik ke kosan di Bandung.

Tiap sampai ke Jakarta menggunakan bis umum, saya selalu membuka mata lebar-lebar dan meraba-raba dompet serta handphone di kantong celana. Takut kena jambret atau rampok di terminal. Apalagi dulu ojek online belum kayak sekarang, saya mesti berganti-ganti bus demi mencapai tempat interview kerja. Wah! Takutnya luar biasa. Pertama takut ada tindak kriminal, kedua ya saya takut tersesat. Jujur saja, kota Jakarta yang sangat besar ini tidak susah membuat siapa saja tersesat.

Singkat cerita, akhirnya saya diterima bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Dengan gaji seadanya. Mulailah saya mencari kos-kosan di kawasan Jakarta Timur dan hidup pas-pasan. Awal-awal hidup di Jakarta, syukurnya saya tidak merasakan "kerasnya" Jakarta seperti apa yang dikatakan orang. Malah saya kaget, masih banyak orang baik loh di Jakarta, yang mau membantu ketika kita menanyakan jalan misalnya, atau tetangga di kosan yang sekedar menawarkan makanan. Tidak seperti yang dibilang orang-orang.

Jakarta Itu Nggak Keras Kalau Kamu Tahu Celahnya

Jadi saya ambil kesimpulan bahwa kota sebesar Jakarta pun bisa "jinak", asal kamu tahu bagaimana celahnya. Saya kini sudah 3 tahun hidup di Jakarta, dengan membawa gaya hidup sederhana layaknya waktu saya hidup di Sumatera atau Bandung dulu. Malah hidup di Jakarta, kita dibantu dengan info yang serba cepat dan mindset yang lebih terbuka. Apalagi kini dunia teknologi mendukung sekali. 

Cuma di Jakarta saya tahu kalau upload struk belanja itu bisa dapat cashback. Terus, kita juga dimudahkan dengan ojek online yang semakin banyak. Belum lagi menjamurnya toko online yang memberikan berbagai macam keuntungan, tentu perantau seperti saya yang hidup di Jakarta ini sangat terbantu. Pengeluaran bisa berkurang, tapi kebutuhan terpenuhi. 

Saya masih tidak percaya hingga kini kalau saya bisa nabung loh hidup di Jakarta. Dulu mikirnya Jakarta itu apa-apa mahal. Ternyata balik lagi, tergantung gaya hidup kamu. Kalau kriminal bagaimana? Saya tidak bilang kriminal di Jakarta sedikit, tapi di kota lain pun saya rasa juga banyak kalau kita tidak berhati-hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun