Mohon tunggu...
Sakinah Rahman
Sakinah Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Khawatir dengan Stunting di Dadapsari, Mahasiswa Undip Tak Tinggal Diam

10 Februari 2022   03:50 Diperbarui: 10 Februari 2022   04:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semarang (10/2/2022) -- Mahasiswa KKN Tim 1 Universitas Diponegoro (UNDIP), Sakinah Rahman, khawatir terhadap kasus stunting yang terjadi di wilayah Kelurahan Dadapsari, Kota Semarang. Semua bermula dari hasil survey lapangan yang dilakukannya, didapatkan data stunting di kelurahan ini pada 2020, 2021, dan awal tahun 2022 berturut-turut sebanyak 45, 35, dan 15 balita. 

Memang terjadi penurunan, namun angka yang menurun ini tidak hanya karena balita memang sudah tidak stunting tetapi juga beberapa balita sudah melebihi usia 5 tahun sehingga status gizinya sudah tidak terdokumentasi lagi di posyandu. 

Sakinah semakin prihatin ketika melihat data kesehatan, ternyata kasus diare pun tinggi dan menjadi prioritas masalah di kelurahan ini. Padahal diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting. Stunting adalah masalah yang serius, stunting bukan sekedar pendek namun perkembangan otaknya pun ikut terhambat. Bahkan stunting menjadi masalah prioritas pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan kesehatan.

Prihatin dengan kondisi di wilayah tempat tinggalnya sendiri (Semarang Utara) dan menyadari tanggung jawab sosialnya sebagai mahasiswa, Sakinah tidak hanya tinggal diam. Mahasiswa Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran UNDIP ini menggelar beberapa rangkaian acara. Target rangkaian acara ini yaitu ibu dengan balita di bawah 2 tahun dan ibu kader posyandu Kelurahan Dadapsari. 

Acara untuk ibu balita dilaksanakan pada Sabtu, 5 Februari 2022 sedangkan acara untuk ibu kader posyandu dilaksanakan pada Selasa, 8 Februari 2022 di Kantor Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara, Kota Semarang. Acara ini turut dihadiri oleh Lurah Dadapsari, Ibu Puji Winarni, S.H., Ketua Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Dadapsari, Ibu Mariyatul Kibtiyah, dan Ibu Ketua Forum Posyandu (Forpos) Kelurahan Dadapsari, Ibu Anis.

Acara pertama yang digelarnya yaitu edukasi pencegahan stunting untuk ibu dengan balita di bawah 2 tahun. "Dipilih angka 2 tahun karena inilah golden period dimana hanya pada masa ini saja, stunting bisa dikoreksi,"ujar Sakinah. "Sejalan juga ya dengan program pemerintah dimana percepatan penurunan stunting difokuskan pada pencegahan yaitu pada remaja dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 HPK itu dari masa hamil sampai anak usia 2 tahun,"lanjut Sakinah. 

Edukasi ini menekankan pada 1000 HPK, pentingnya memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan datang ke posyandu dan mengisi checklist perkembangan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pola asuh terkait makan yang baik untuk balita, serta pentingnya menjaga hygiene dan sanitasi untuk pencegahan stunting. 

Dilanjutkan dengan acara kedua yaitu konsultasi gizi. Meskipun sudah ada sesi tanya jawab pada program edukasi, Sakinah tetap membuka kesempatan bagi ibu balita apabila ingin melakukan konsultasi gizi secara personal terkait masalah yang dialami ibu dan anak. 

Selain itu, Sakinah juga membagikan bahan makanan sumber protein hewani berupa telur kepada ibu balita yang hadir. Dimana protein hewani lah yang dapat membantu mencegah terjadinya stunting.

Pada acara berikutnya yaitu penyuluhan Kreasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu kader posyandu, mahasiswa berusia 21 tahun ini menggarisbawahi pentingnya protein hewani untuk pencegahan stunting. Sakinah menjelaskan konsep gizi seimbang melalui "Isi Piringku" besutan Kementerian Kesehatan dimana komponen yang tidak boleh diabaikan untuk pencegahan stunting adalah protein hewani. "Kandungan asam amino pada protein hewani itu lengkap. 

Sedangkan pada protein nabati, asam aminonya kurang lengkap. Protein hewani dapat dikombinasikan dengan protein nabati. Bahkan kebutuhan protein pada anak tiap kilogram berat badan itu lebih tinggi dibandingan dengan orang dewasa, ini yang harus diingat,"ujar Sakinah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun