Mohon tunggu...
Saifullah Robbani
Saifullah Robbani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Informatika UIN MALIKI Malang...KAMMI UIN MALIKI Malang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

KAMMI dan Pemilihan Rektor

12 November 2012   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:33 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam diskusi dwi mingguan KAMMI Komisariat UIN Maliki Malang yang bertajuk "Memilih Pemimpin, Memilih masa depan. Memotret Harapan Mahasiswa untuk Pemimpin Ideal UIN Maliki Malang". KAMMI kembali menegaskan bahwa mahasiswa harus mempunyai haknya memilih rektor. Kehidupan demokrasi ditentukan pula dengan pemilihan rektor ini. Tanpa kontribusi mahasiswa di dalam pemilihan rektor ini, maka jelas sudah bahwa keran demokrasi telah rusak di kampus UIN Maliki Malang ini. Mahasiswa sebagai tatanan masyarakat yang paling penting, seharusnya menduduki kewenangan dalam pemilihan rektor ini. Setidaknya kontribusi minimal yang paling nyata untuk keberlangsungan hidup mahasiswa yang tidak ingin ditekan oleh birokrasi kampus yang hanya menekankan kepada kerja-kerja budak perusahaan kelak adalah ingin didengar suara dan harapan bagaimana seharusnya rektor yang ideal menurut mahasiswa walaupun tidak mesti harus mencoblos untuk kepemimpinan rektor ke depan.

KAMMI dan Mahasiswa

KAMMI dalam dimensi pergerakan mahasiswa yang dinamis, harus mampu mengakomodasi moment ini, untuk membangunkan kesadaran berfikir mahasiswa agar ia lebih peduli dengan keadaan kampus yang sebenarnya terjadi. KAMMI harus menjadi katalisator bergabungnya seluruh elemen mahasiswa dengan mengatasnamakan elemen mahasiswa peduli kampus. Dan KAMMI harus menunjukkan keadaan mendesak yang harus diubah di kampus UIN Maliki Malang ini. Karena hingga saat ini, mahasiswa benar-benar terbuai dengan kata-kata indahnya pak Rektor. Entah apa yang disampaikan itu bisa dibuktikan janjinya? Sehingga, saat ini mahasiswa benar-benar 'sepi' dari dinamika politik pemilihan rektor.

Buaian kata-kata indah dan doktrinasi mahasiswa agar cepat lulus dengan harapan menjadi budak-budak perusahaan menjadi 'kartu As' birokrasi untuk mengekang dan memenjarakan mahasiswa di jeruji akademik. Akhirnya mahasiswa disibukkan dengan tugas-tugas yang menumpuk dan juga pada akhirnya akan berorentasi kepada nilai, bukan pemahaman. Lalu kemudian, apa bedanya mahasiswa dengan siswa-siswa SMA lainnya? Jika kemudian tugasnya sama, mengerjakan tugas, kemudian orentasi hanya kepada nilai, dan akhirnya lulus.

Mahasiswa harus kembali menanyakan, 'bagaimana kalau rektor ini memimpin?', 'Apa yang ingin dia bawa untuk kemajuan universitas ini?', pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus menjadi sebuah perenungan panjang mahasiswa. Kali ini, ada satu kepentingan bersama yang harus kita akomodasi bersama, tidak mungkin dilakukan oleh PMII, dan tidak mungkin dilakukan oleh HMI, dan tidak mungkin dilakukan oleh KAMMI dan pergerakan-pergerakan mahasiswa lainnya. Kali ini, seluruh mahasiswa harus bergerak. Ini menentukan nasib mahasiswa sebagai rakyat di sebuah komunitas bernama universitas. Mahasiswa harus mengawal dengan baik pemilihan rektor ini, agar ia jauh dari politik transaksional yang busuk. Kita harus benar-benar menginginkan rektor yang lahir dari rahim transformasional, yang lahir dari pemahaman akan visi,misi dan filosofi universitas ini dengan baik.

KAMMI dan Rektor

KAMMI menganggap bahwa rektor adalah representative dari universitas tersebut. Kita melihat bagaimana kecakapan sebuah universitas dari bagaimana sosok rektor yang memimpinnya. Tentu kita tidak ingin, suatu saat nanti rektor yang memimpin kita ini misalnya adalah rektor yang ternyata tersandung kasus korupsi. Karena, begitu rektor benar-benar menjadi seorang tersangka, maka citra universitas ini akan jatuh, dan label yang tersemat di universitas tentunya bukan sebagai wadah akademik para mahasiswa untuk menimba ilmu, tapi wadah para calon koruptor di bangsa ini.

Begitu pula, mungkin misalnya calon rektor nanti adalah seorang yang plagiator yang karya ilmiahnya ternyata adalah hasil dari plagiat orang lain. Tentu universitas ini, tidak ingin dicap sebagai kampus yang mahasiswa adalah orang-orang plagiator. Tentu, kita tidak bisa menyalahkan orang dengan penilaian yang sempit ini, karena memang seperti itulah realita yang ada saat ini. Dan kita tidak bisa memungkirinya.

Dan tentu pula, kita tidak ingin calon rektor yang memimpin nantinya adalah orang yang menghambat berjalannya proses demokrasi yang ada di universitas saat ini. Tidak ada kedekatan sama sekali dengan mahasiswanya, tidak bisa atau sangat anti dengan kritik-kritik pedas yang dilontarkan oleh mahasiswanya. Rektor juga harus bisa melihat bagaimana komunitas heterogen yang terbentuk di universitas ini harus dijaga dengan baik. Kritikan yang pedas sekalipun juga harus bisa didengar dan tidak serta merta ditanggapi dengan perasaan bahwa mahasiswanya telah berupaya menggulingkannya. Rektor juga harus bisa membangun bagaimana sebuah kritik itu tidak terjatuh kepada kritik destruktif akan tetapi mengajarkan kepada mahasiswa agar lebih kritis tapi kritis yang konstruktif, kritik yang membangun.

Saat ini kita melihat memang tidak ada dari mahasiswa yang mendengar hingar bingar bahwa akan ada pergantian rektor. Semestinya, momen sebesar ini mahasiswa harus tahu, biarkan mahasiswa juga ikut memberikan suatu kriteria ideal rektor dalam pemilihan ini. Tidak mungkin mahasiswa harus mengikuti peraturan dari rektorat sedangkan wakil mahasiswa tidak dilibatkan didalamnya. Ini seolah-olah sistem yang berjalan adalah ingin memenjarakan demokrasi.

Pelibatan wakil mahasiswa dalam pemilihan rektor tentu akan membuat mahasiswa terwakili dengan adanya suara disana. Dan tentunya mahasiswa yang ditunjuk sebagai wakil mahasiswa juga harus mahasiswa yang idealis, yang tidak terpukau dengan transaksi-transaksi kecil dari calon rektor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun