Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Plagiarisme dan Teknologi Pencegahannya

2 Desember 2018   00:03 Diperbarui: 2 Desember 2018   00:12 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oxford English Dictionary mendefinisikan plagiarism sebagai "The practice of taking someone else's work or ideas and passing them off as one's own." Kamus ini juga menerangkan asal kata plagiarism adalah dari Bahasa Latin, yaitu plagiarius yang berarti 'penculik' atau plagium yang berarti 'sebuah penculikan' dan dari Bahasa Yunani, yaitu plagion. Menurut asal-usul kata ini, plagiarism dapat diartikan sebagai sebuah tindakan penculikan karya seseorang dan mengakuinya sebagai karyanya sendiri.

Dalam Bahasa Indonesia, istilah plagiat, yang merupakan serapan dari Bahasa Perancis, lebih populer dibanding plagiarism. Bahkan istilah plagiat ini sudah dimasukkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penangulangan plagiat di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini, plagiat didefinisikan dalam pasal 1 ayat 1 sebagai berikut:

"Plagiat itu adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah orang lain, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai."

Dalam pasal yang sama, ayat 2 menerangkan bahwa perbuatan plagiat tersebut dapat dilakukan baik oleh individu, kelompok maupun lembaga.

A. Jenis-Jenis Plagiarisme

  • Secondary source. Plagiasi tipe ini dimungkinkan terjadi ketika peneliti memanfaatkan sumber-sumber sekunder (seperti literature review). Peneliti hanya mengutip sumbersumber primer yang disebut dalam sumber sekunder yang dibacanya dan tidak memberikan informasi (mengutip) sumber sekunder yang dibacanya.
  • Invalid source. Plagiasi jenis ini terjadi ketika peneliti memberikan informasi yang salah atau tidak memadai terhadap sumber-sumber referensi yang digunakannya.
  • Duplication. Plagiasi ini terjadi ketika peneliti menggunakan karya ilmiahnya sebelumnya tanpa memberikan informasi bahwa itu merupakan penelitian yang sudah dilakukannya sebelumnya.
  • Paraphrasing. Plagiasi jenis ini berupa mengambil teks dari suatu sumber, kemudian dilakukan parafrasa namun tidak disebut sumbernya, seakan teks tersebut asli miliknya.
  • Repetitive research. Plagiasi ini ketika peneliti menggunakan data dan metode yang sama untuk penelitian baru tanpa menyebutkan bahwa metode itu pernah digunakan pada penelitian sebelumnya.
  • Replication. Plagiasi ini berupa tindakan mengirimkan naskah ke beberapa saluran publikasi (journal, conference, dan lain-lain).
  • Misleading attribution. Salah atau tidak memadai dalam penyebutan pihak-pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam sebuah penelitian (naskah). Mencantumkan pihak yang tidak mempunyai kontribusi pada sebuah riset juga termasuk plagiasi jenis ini.
  • Unethical collaboration. Plagiasi jenis ini bisa terjadi ketika orang-orang yang berkolaborasi melanggar kesepakatan dan etika kolaborasi.
  • Verbatim plagiarism. Plagiasi ini berupa tindakan mengkopi kata-perkata (verbatim) idea atau karya orang lain tanpa membubuhkan kutipan atau rujukan.
  • Complete plagiarism. Palgiasi secara total.

B. Pencegahan terhadap Plagiarism

Pengembangan information literacy skill para civitas akademi juga merupakan salah satu langkah strategis untuk meminimalisasi plagiarism. Materi dalam pengembangan information literacy skill ini mencakup skill lainnya, seperti online research skill, academic writing, critical thinking skill, dan lain-lain.

Pelatihan online research skill dapat mengembangkan wawasan dan kecakapan civitas akademi untuk mengidentifikasi sumber-sumber primer referensi riset yang melimpah-ruah dan dapat diakses secara online. Setelah kecakapan untuk menelusur sumber-sumber primer referensi riset berkembang, maka kemudian perlu diikuti dengan pengembangan kecakapan menggunakan referensi riset tersebut secara tepat dan etis melalui pelatihan academic writing skill. Kemampuan academic writing skill akan terkembang dengan bagus apabila ditopang dengan, salah satunya, critical thinking skill.

Pengembangan kebijakan untuk mempromosikan pentingnya academic honesty dan research ethic and integrity juga merupakah langkah strategis pencegahan plagiarisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun