Mohon tunggu...
Muhammad Sahuddin
Muhammad Sahuddin Mohon Tunggu... Guru - Candidat PhD, Nanjing Normal University, Tiongkok

Guru Pendidikan Luar Biasa & PhD (Cand) Nanjing Normal University, Tiongkok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku Bukan Bodoh, Mungkin Disleksia

22 Mei 2019   11:33 Diperbarui: 22 Mei 2019   12:39 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Muhammad Sahuddin)

Ada beberapa startegi dalam mengajar anak disleksia yang pasti guru harus merespon kebutuhan si anak mulai: 

Pendekatan Multisensory melibatkan semua indra seperti melihat huruf, meraba bentuk huruf, atau merasakan bentuk huruf seperti menulis atas telapak tangan temannya, mengucapkan huruf dan juga menulis atas pasir. 

Pengulangan: Anak disleksia sering memiliki masalah memori jangka pendek jadi diperlukan banyak pengulangan pada pelajaran yang sudah di ajarkan.

Mengeja dan Menulis: Anak disleksia perlu berlatih menulis pada saat yang sama mareka diperkenalkan fonem artinya bunyi selalu disertai dengan gerakan tangan untuk memudahkan melatih sianak dalam mengeja dan menulis.

Mari kita sedikit bersimpatik pada anak Disleksia untuk tidak menyuruh membaca didepan kelas dan membaca dengan suara besar. Mareka lebih terbantu jika dilakukan pendampingan dalam menulis dan membaca didampingi oleh guru karena banyak anak disleksia memiliki gagasan bagus dan kempuan seni di atas rata-rata tergangtung bagaimana guru melakukan intervensi pada anak disleksia. 

Pemberian Cap atau Label: 

Salah satu bahaya laten yang diterima oleh sianak betapa terpukulnya perasaan sianak ketika menyandang gelar Bodoh dalam satu kelas, terasa seakan kehadiran dia dalam kelas mengkotori kepandaian siswa yang lain, namun seorang guru harus melihat anak disleksia adalah individu tersendiri meskipun kadang memiliki karakteristik yang sama, kadang bisa jadi anak disleksia tidak akan merespon dengan cara yang sama.

Sebagai seorang guru memiliki peran sangat besar ketika mampu membangkitkan nilai pisitif dari sianak tidak jarang anak disleksia menghindari membaca di depan kelas, membaca dengan suara yang keras karena ketidakmampuan seorang anak disleksia membaca dengan suara besar atau didepan kelas mengakibatkan rasa percaya diri rendah dan malu. 

Sebuah Kasus Stuar dalam Buku Glazzard: Teaching & Support Children With Special Education " Mareka menyuruh kami untuk membaca dengan keras dan saya selalu takut. Saya tahu yang lain akan menertawakan saya. Saya tau mareka membaca lebih baik dari saya. Saya tidak bisa menyalahkan mareka tertawa karena mareka tidak tahu saya disleksia pada waktu itu dan saya juga tidak tau" ( Stuart).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun