Mohon tunggu...
Sahrul Imam
Sahrul Imam Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Aktif Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut

Hobi Traveling, Ngopi, Menulis dan Memotret

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita dan Derita Orang yang Berkacamata

14 Oktober 2021   22:11 Diperbarui: 14 Oktober 2021   22:23 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Opini - Memiliki kedua bola mata yang bisa melihat dengan normal merupakan sebuah anugerah yang tentunya indah. Mata merupakan indra penglihatan yang penting dimiliki oleh manusia untuk mengetahui tentang sesuatu yang ada di Bumi ini lewat penglihatan dengan jelas.

Namun, berdasarkan data yang dikutip dari lama World Health Organization (WHO) secara global setidaknya ada 1 miliar orang yang mengalami gangguan penglihatan. Gangguan itu seperti sulit melihat dengan jarak dekat atau jarak jauh, sehingga masih banyak kasus yang belum ditangani.

Menurut WHO, gangguan penglihatan dan kebutaan punya efek besar terhadap aspek kehidupan. Misalnya interaksi sehari-hari dengan masyarakat di lingkup sekolah, ruang kerja hingga kemampuan dalam mengakses layanan publik. Karena itulah, tepatnya hari ini Kamis, 14 Oktober 2021 diperingati sebagai hari penglihatan sedunia.

Dengan tema 'Cintai Matamu', Hari Penglihatan Sedunia 2021 mengajak masyarakat untuk peduli terhadap gangguan penglihatan. Tetapi di sini saya sebagai orang yang memiliki gangguan penglihatan lebih tepatnya rabun jarak jauh akan mengulas kehidupan saya sebagai pengguna kacamata yang sudah saya jalani hampir 5 tahun lamannya.

Di hari penglihatan sedunia yang bertema Cintai Matamu ini sangat relevan dengan kehidupan zaman sekarang, penyakit mata kini bukan saja penyakit yang hanya diderita oleh orang yang berusia 50 tahun saja Tidak bisa dipungkiri, saat ini penderita gangguan rabun jauh atau dekat bisa terjadi pada anak muda seperti halnya saya yang baru menginjak usia 20 tahun.

Menjalani kehidupan sehari-hari sebagai orang yang memiliki rabun jauh dengan mata minus cukup besar yaitu mata sebelah kanan -600 dan sebelah kiri -550 dengan cylender mata kanan -100 dan mata kiri -0,50 ini membuat saya wajib kemana pun kaki melangkah kacamata tak boleh tertinggal agar penglihatan tidak menjadi kabur.

Bagi saya kacamata bukan sekadar aksesoris atau hanya untuk gaya-gayaan saja, melainkan teman sekaligus alat bantu yang tidak bisa saya tinggalkan begitu saja, dunia tanpa kacamata bagi saya hanya sebuah keindahan yang bersifat semu. Sebab, semua jika di lihat dari jarak yang cukup jauh akan buram hal ini juga membuat saya tidak jarang sering dibilang sombong. Padahal apa yang perlu disombongkan dengan mata minus yang bukan prestasi tapi tentunya tetap saya syukuri.

Memperingari hari penglihatan sedunia ini saya akan menceritakan suka, duka atau pun stigma kepada saya sebagai pengguna kacamata, semoga saja ini bisa jadi pengetahuan atau bahan tertawaan buat teman-teman saya yang selama ini penasaran, bagaimana orang dengan mata minus menjalani kehidupan dan apa yang selama ini dirasakan.

*Awal Mula Menjadi Orang Berkacamata*

Saya mulai merasa mengalami gangguan penglihatan dalam hal ini adalah rabun jauh, yaitu ketika duduk di bangku kelas 2 SMP, saya mulai merasa kesulitan melihat dengan jelas benda atau tulisan yang cukup jauh, tidak jarang kalau ada tugas mencatat di papan tulis saya malah lihat catatan di buku teman sebangku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun