Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pahlawan dalam Pusaran Politik di Mockingjay Part 2, Siapa Musuh Sebenarnya?

23 November 2015   20:24 Diperbarui: 23 November 2015   22:33 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panem dan Pahlawan yang tersesat

Dengan berakhirnya series The Hunger Games ini memang seakan ingin membuka mata penontonnya bahwa ketidak adilan itu akan selalu membawa peperangan. Bukan hanya pemimpin yang otoriter, Sentralisasi kesejahteraan rakyat yang hanya berfokus di satu tempat (dalam hal ini Capitol) akan selalu menuai kecemburuan sosial. Semua pemberontakan akan lahir dari bawah, mereka yang merasa hidup tidak adil dan ramah kepada mereka.

Seiring dengan itu, lahirlah sosok pahlawan yang menggaungkan revolusi bernama Katniss Everdeen atau siapapun istilahnya. Akan tetapi seringkali, para pejuang tulus seperti ini akan terjebak dalam pusaran politik yang memanfaatkannya untuk memanen kejayaan sendiri di akhirnya. Maka jangan mudah percaya dengan dukungan yang tiba-tiba datang menghampir, karena bisa saja itu akan menjadi musuh terbesar kita sendiri.

Anti Klimaks

Dengan durasi dua jam lebih, film garapan Francis Lawrence ini memang terbilang bertele-tele dan tidak seperti harapan penikmat film yang sudah membayangkan adegan-adegan spektakuler di penutup ini.  Sebagai final shoot seharusnya, Mockingjay part 2 mampu menghadirkan memorable scene yang membuat fansnya tidak rugi menunggu setahun. Namun adegan-adegan selama sejam pertama begitu membosankan karena alur yang sangat lambat dan terlalu banyak drama antara Katniss-Peeta dan Gale. Terlalu banyaknya scene di malam hari/tempat gelap juga mengurangi sisi sinematik film. Singkatnya sejam pertama, rasanya tidak ada yang menarik dar film ini.

Apa yang diharapkan dari penutup series Hunger Games? Sudah pasti adegan-adegan action dan adegan fight yang akan menguji adrenalin, lalu warna-warni kostum megah yang akan mencuci mata penontonnya. Sayang semuanya tidak dapat dinikmati dalam film terakhir ini. Alhasil, sekuel terakhir ini menjadi penutup yang anti klimaks dan bahkan bisa dibilang yang terburuk dalam franchise film ini. Bahkan Prekuel kedua, Catching Fire masih jauh lebih berkelas dan diingat daripada penutup ini. Namun melihat Jennifer Lawrence dengan busur panahnya? Tentu saja masih menarik!

Selamat menonton!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun