Mohon tunggu...
safrizon joni joni
safrizon joni joni Mohon Tunggu... mahasiswa

meningkatkan untuk bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Di Balik Pundak Lelalaki , Ada Luka Yang Jarang Diceritakan

13 Juli 2025   07:01 Diperbarui: 12 Juli 2025   09:30 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Seorang lelaki biasa yang tidak suka banyak bicara. Bukan karena sombong, tapi karena terlalu banyak hal yang dia simpan sendiri.

Setiap pagi, Dino  bangun sebelum matahari terbit. Membuka kios sayur kecil milik ibunya yang sakit-sakitan. Ayahnya sudah tiada sejak ia duduk di bangku SMA. Sejak itu, pundaknya terasa berat, seolah semua beban hidup tiba-tiba berpindah padanya.

Dino, kamu laki-laki. Harus kuat ya," begitu kata-kata yang dulu sering ia dengar dari orang sekitar.

Dan sejak saat itu, Dino  jarang menangis lagi. Bukan karena tak ingin, tapi karena merasa tak boleh. Air mata, katanya, bukan tempatnya lelaki.

Padahal, kalau saja orang bisa melihat isi kepalanya saat malam datang, mereka akan tahu betapa rapuhnya ia. Di balik senyum tipisnya, ada kelelahan yang tak sempat diungkapkan. Di balik pundaknya yang kokoh itu, ada luka yang tidak pernah benar-benar sembuh.

Pernah suatu malam, Dino duduk di teras rumah, sendirian. Hujan turun pelan-pelan, menambah dingin udara. Ia menggenggam ponselnya, membuka pesan lama dari adik perempuannya yang kini kuliah di luar kota.

Matanya panas membaca itu. Tapi seperti biasa, air matanya tertahan. Ia takut, sekali saja ia menangis, semua kekuatan yang ia bangun selama bertahun-tahun akan runtuh seketika.

Tak ada yang tahu betapa seringnya Raka ingin menyerah. Ingin marah. Ingin bilang bahwa dia pun lelah, bahwa menjadi lelaki bukan berarti harus selalu kuat. Tapi tak tahu harus cerita ke siapa. Dunia terlalu sibuk menuntut laki-laki untuk jadi pelindung, bukan yang perlu dilindungi.

Kadang Dino  iri melihat orang bisa bercerita tentang masalah mereka. Tentang patah hati, kesulitan hidup, atau rasa takut. Sedangkan dirinya, bahkan untuk mengakui bahwa ia kesepian pun rasanya sulit.

Ia terbiasa diam. Terbiasa menyimpan semuanya sendiri. Karena begitulah laki-laki dibentuk oleh dunia: harus kuat, harus tahan, harus tegar, meski di dalam hati sudah hampir hancur.

Hari itu, ketika adiknya pulang dan memeluknya tanpa banyak kata, Dino  akhirnya membiarkan air matanya jatuh. Tidak banyak. Tapi cukup untuk membuat hatinya lega. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia merasa boleh rapuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun