Mohon tunggu...
Safira Meisa Dewi
Safira Meisa Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswi Semester 7 yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Saya suka menulis terkait pendidikan, bahasa, dan sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru yang Kreatif dan Inovatif pada Abad XXI

12 November 2023   21:01 Diperbarui: 13 November 2023   06:55 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis: Safira Meisa Dewi dan Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Abad XXI ini disebut sebagai abad kecanggihan teknologi, informasi, dan komunikasi. Artinya, pada abad tersebut teknologi berkembang begitu pesat sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran abad XXI adalah implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa (Rahayu et al., 2022:2100). Kini perkembangan digitalisasi begitu pesat sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan internet, gawai, dan media sosial untuk memudahkan aktivitasnya. Oleh karena itu, memanfaatkan teknologi yang ada dalam proses pembelajaran menjadi hal yang penting untuk dilakukan.

Guru menjadi salah satu pihak yang berperan penting dalam mewujudkan pembelajaran abad XXI yang optimal. Seperti pernyataan Damanik (2019:1) bahwa guru merupakan komponen penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan bagi siswa. Pada umumnya, tugas guru adalah mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Akan tetapi, pada abad XXI ini guru dituntut untuk mengikuti arus perkembangan zaman sehingga guru harus menciptakan lingkungan ajar dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Maka dari itu, menjadi guru yang kreatif dan inovatif pada abad XXI menjadi suatu keharusan. Langkah-langkah menjadi guru yang kreatif dan inovatif pada abad XXI, sebagai berikut:

  • Pemanfaatan media pembelajaran yang beragam. Saat ini, banyak sekali media pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran pada media tersebut. Beberapa contoh media pembelajaran tersebut adalah Canva, Powtoon, dan Youtube. Dalam Canva, guru dapat menyusun materi ajar dengan sekreatif mungkin karena Canva memiliki beragam elemen yang mendukung keterbacaan materi sehingga menarik perhatian siswa (tidak berisi tulisan saja). Melalui Powtoon, guru dapat membuat video pembelajaran yang dapat mendukung pemahaman materi siswa sehingga siswa tidak terpaku pada buku ajar saja. Kemudian, guru juga dapat memanfaatkan Youtube sebagai media ajar. Guru menyiapkan materi yang ingin diajarkan lalu merekam dirinya saat menjelaskan materi tersebut. Setelah selesai mengedit video, guru dapat mengunggahnya dalam akun Youtube sehingga lebih memudahkan siswa dalam mempelajarinya tanpa batasan ruang dan waktu.
  • Penerapan model pembelajaran yang inovatif. Dalam pembelajaran abad XXI, siswa diharapkan memiliki keterampilan 4C (critical thinking, communication, collaboration, and creativity). Untuk mewujudkan siswa yang berpikir kritis, berkomunikasi dengan baik, mampu berkolaborasi, dan berpikir serta bertindak secara kreatif, perlu didukung dengan model-model pembelajaran yang inovatif. Beberapa model tersebut antara lain discovery learning, inqury learning, dan project based learning (PBL). Model discovery learning melatih siswa untuk menemukan, memproses, hingga menyelidiki pengetahuan secara mandiri sehingga dapat dikatakan model tersebut berpusat pada siswa dan dapat memaksimalkan potensi dalam diri siswa. Kemudian, model inquiry learning menuntut siswa untuk berpikir kritis dalam menelusuri dan menemukan jawaban atas permasalahan yang diberikan. Sementara itu, model project based learning (PBL) merupakan model pembelajaran dengan memberikan suatu kegiatan (proyek) kepada siswa sebagai media. Dengan begitu siswa akan memiliki pengalaman belajar yang bermakna karena terlibat dalam penyelesaian suatu proyek.  
  • Memahami kurikulum yang berlaku. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang saat ini diterapkan oleh pemerintah dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum ini, guru diberikan kesempatan untuk menggunakan berbagai perangkat ajar yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa. Oleh karenanya, perkembangan teknologi yang ada dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, beberapa model pembelajaran abad XXI tersebut dapat diaplikasikan dalam penerapan kurikulum yang baru. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan memanfaatkan teknologi digital menjadi cara inovatif yang dapat dilakukan guru. Pada dasarnya, guru diberi kebebasan dalam menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa pada Kurikulum Merdeka (Indarta et al., 2022:3022). Dengan begitu, menerapkan model pembelajaran inovatif abad XXI dengan pemanfaatan teknologi dapat menciptakan proses pembelajaran Kurikulum Merdeka secara optimal.

Maka dari itu, dapat disimpulkan kehadiran teknologi pada abad XXI dan perkembangannya yang begitu pesat dapat mendukung proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berlangsung. Guru berperan penting dalam pemanfaatan teknologi tersebut. Dengan begitu, siswa mampu berpikir secara kritis, terampil dalam berkomunikasi, berkolaborasi dengan baik, dan memiliki kreativitas yang tinggi. Selain itu, menjadi guru yang kreatif dan inovatif juga dapat menjadikan siswa yang unggul, berprestasi, inspiratif, kreatif, inovatif, dan santun.

Referensi:

Damanik, R. (2019). Hubungan Kompetensi Guru Dengan Kinerja Guru. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 8(2). https://doi.org/10.37755/jsap.v8i2.170

Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 3011–3024. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2589

Rahayu, R., Iskandar, S., & Abidin, Y. (2022). Inovasi Pembelajaran Abad 21 Dan Penerapannya Di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2), 2099–2104.

Surakarta, 12 November 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun