Mohon tunggu...
Safira UlyaNasution
Safira UlyaNasution Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

saya hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cucu Tersayang

29 Juni 2025   14:11 Diperbarui: 29 Juni 2025   14:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

cucuku tersayang

Di sebuah pedesaan hiduplah seorang wanita tua yang bernama nenek Siti. Dia hidup bersama cucunya yang bernama Sinta. Sinta dikenal sebagai anak yang aktif dan baik. Sinta tidak peduli pada neneknya, padahal neneknya sedang sakit. Tetapi walaupun begitu, nenek Siti sayang dengan cucunya.

Suatu hari Sinta meminta kepada neneknya untuk bermain ke kampung sebelah. Di kampung sebelah baru terjadi gempa yang cukup kuat berkekuatan 6,3 SR. Nenek sudah melarang Sinta untuk tidak pergi, tetapi Sinta bersikeras untuk pergi. Sesaat dia tidak peduli dengan ucapan neneknya... lalu pergilah Sinta dan kedua temannya, Reno dan Rani ke kampung sebelah.

Awalnya mereka kagum melihat bangunan-bangunan rumah roboh yang rusak akibat gempa tersebut. Ada satu rumah yang masih berdiri, dan mereka memutuskan untuk bermain di dalam rumah tersebut. Awalnya mereka bermain petak umpet, kelereng, lompat tali, mereka bermain dengan anak kampung di sana.

Warga setempat sudah memperingatkan mereka: "jangan bermain di bawah bangunan apa pun, karena dikhawatirkan akan terjadi gempa susulan." Tetapi mereka tidak mendengarkan imbauan warga. Lalu apa yang dikhawatirkan pun terjadi.

Di kampung tersebut terjadi gempa susulan yang mengakibatkan reruntuhan bangunan terjadi lagi. Sinta dan teman-teman panik dan takut. Mereka berlari berhamburan untuk keluar dari gedung tersebut. Tetapi terlambat, mereka terjebak di dalam reruntuhan bangunan yang diterjang batu besar.

Saat itu juga nenek Siti yang mendengar berita tersebut sangat terkejut dan sedih. Dia teringat dengan cucunya. Sinta yang berada di kampung sebelah. Nenek berharap cucunya selamat.

Namun malang tak dapat ditolak, takdir berkata lain. Saat nenek Siti sampai di reruntuhan bangunan untuk mencari cucunya, tangisnya pecah sejadi-jadinya. Ia menemukan sandal kecil milik Sinta di bawah puing tembok yang runtuh. Dengan tangan gemetar dan tubuh lemah, nenek mencoba menggali reruntuhan tersebut dengan harapan bisa menemukan cucunya dalam keadaan selamat.

Orang-orang kampung datang membantu. Mereka menggali bersama-sama hingga akhirnya menemukan tubuh kecil Sinta, sudah tak bernyawa, tertindih reruntuhan bangunan bersama kedua temannya, Reno dan Rani. Jerit pilu nenek Siti menggema ke seluruh kampung. Ia memeluk tubuh cucunya yang dingin, menyesali keputusannya yang mengizinkan Sinta pergi walau sebelumnya sudah melarang.

Hari-hari setelah kejadian itu dilalui nenek Siti dengan duka yang mendalam. Rumahnya yang dulu penuh tawa kini sunyi. Foto Sinta yang tergantung di dinding menjadi saksi bisu kasih sayang yang tak sempat terbalaskan sepenuhnya.

Namun dari duka itu, kampung mereka belajar banyak hal. Mereka kini lebih peduli dengan peringatan dan lebih waspada terhadap bencana. Setiap kali terjadi gempa kecil, warga segera mencari tempat aman dan saling mengingatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun