Maros, 26 Juli 2025 – Desa Wanua Waru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dikenal sebagai salah satu desa wisata yang menyimpan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Dari Leang Panning yang menyimpan jejak manusia purba, Air Terjun Tuli Baruttung yang menyegarkan, Bukit Kacicu dengan panorama alamnya, hingga Paralayang Batu Massong yang menantang adrenalin, semuanya tersebar di penjuru desa. Potensi besar ini menjadikan Wanua Waru sebagai destinasi ideal untuk wisata satu hari penuh, bahkan tanpa harus keluar dari wilayah desa.
Namun, di balik kekayaan spot wisata tersebut, ada satu persoalan sederhana yang berpotensi mengganggu kenyamanan wisatawan yaitu tidaknya tersedianya papan petunjuk arah. Banyak pengunjung, terutama dari luar daerah, mengaku kesulitan menemukan jalur ke lokasi wisata karena tidak adanya tanda penunjuk yang jelas di dalam desa. Akibatnya, pengalaman wisata yang seharusnya menyenangkan bisa berubah menjadi perjalanan yang membingungkan.
Melihat persoalan tersebut, Muhammad Raihan Annafi, mahasiswa Universitas Komputer Indonesia yang tergabung sebagai peserta KKN Kebangsaan XIII, menggagas sebuah solusi sederhana namun krusial: pembuatan papan petunjuk arah wisata di Desa Wanua Waru. Inisiatif ini lahir dari keprihatinannya terhadap kurangnya sistem informasi visual yang memadai di desa wisata.
Raihan tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi bersama tim KKN lainnya, khususnya yang sebelumnya telah menyusun peta wisata Desa Wanua Waru. Papan petunjuk ini dibuat secara manual dengan memperhatikan keakuratan Lokasi dan keterbacaan visual. Proses pembuatan papan dilakukan secara gotong royong, mulai dari mencari bahan baku kayu, pengecatan, hingga pemasangan di titik-titik strategis.
Papan petunjuk arah ini tidak hanya menjadi solusi praktis bagi wisatawan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya branding dan penataan ruang wisata yang berkelanjutan. Dengan kehadiran petunjuk arah ini, pengunjung tidak lagi merasa tersesat dan dapat mengeksplorasi seluruh potensi wisata desa dengan nyaman dan efisien.
Bagi Raihan, papan petunjuk arah ini bukan sekadar proyek fisik, melainkan bentuk tanggung jawab kecil untuk membantu desa tampil lebih ramah bagi para pelancong. “Saya cuma ingin orang yang datang ke Wanua Waru nggak bingung cari jalan. Desa ini udah punya tempat-tempat keren, sayang kalau orang tersesat dan jadi nggak sempat menikmatinya,” ungkapnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI