Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Bambang Set Seniman Banyumas Serba Bisa

21 Juli 2018   16:40 Diperbarui: 21 Juli 2018   16:55 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang sangat membanggakan adalah perjalanannya sebagai penyair. Pada awal pergumulannya dengan teman-teman lintas seni di Purwokerto, Bambang Set. merasa profesi sebagai penyair lebih menantang dan prestis. Kala itu tahun 1974 masanya Dharmadi, Kurniawan Junaedi, Ahita Teguh Susilo, Herman Afandi. Lalu, Bambang Set. pun mencoba menulis puisi untuk meraih predikat penyair yang prestis itu.

Menulis puisi pertama dimuat di Sinar Harapan tahun 1976. Selain Harian Sinar Harapan, seterusnya tersebar di Republika, Bali Post, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Wawasan, Bernas, Yogya Pos dll. Banyak karya-karya puisinya baik dalam antologi bersama maupun antologi tunggal. Serayu, Istirah, Antologi Penyair Indonesia, Zamrud Khatulistiwa,  merupakan antologi sajak bersama.

Sebagai penyair Bambang Set sering dikritisi. "Manusia Gelisah Bambang Set." itulah judul kupasan tentang Bambang Set yang ditulis oleh Dr. Suminto A. Sayuti di Minggu Pagi, salah satu  koran yang memuat karya Bambang Set.

Pada tahun 1984 Bambang Set berhenti menulis puisi. Ia sibuk menjadi Programmer Manager di Radio RGM (Radio Gema Almamater) dan mengudarakan sastra radio. Lepas  dari RGM ia menjadi manager Nignt Club Tango di Hotel Dinasty. Set mengundang  penyair Sutardji Couzum Bachri untuk mengendors dirinya sebagai penyair sekaligus membuat acara penyair masuk nignt club.

Dalam buku pilihan sajak dalam kumpulan Di Padang Tanya, yang diterbitkan BIGRAF Publishing Agustus 1997 dengan kata pembaca oleh Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo dan editor Abdul Wachid menyebut Bambang Set. menancapkan dirinya sebagai penyair Banyumas yang diperhitungkan baik di tingkat regional maupun nasional.

Sebagai penyair, Bambang Set. bukan saja asyik menggeluti dalam penciptaan puisi, tapi juga menggerakkan puisi menjadi seni pertunjukan. Ketika lomba baca puisi sering digelar di Purwokerto gaya cara Bambang Set dalam membaca puisi banyak ditiru para peserta lomba, epigon merajalela. Sebagai pembaca puisi Bambang Set pernah  meraih gelar pembaca puisi terbaik se-Jawa tengah versi RRI Purwokerto tahun 1975 dan memenangi lomba baca puisi SMP Pancasila Jatilawang  tahun 1983.

Untuk mewujudkan puisi sebagai seni pertunjukan, Bambang Set menggelar pemecahan rekor baca puisi Muri. Bersama, Edi Romadhon, Bambang Wadoro, Surya Esa dll. memecahkan rekor baca puisi nonstop 24 jam menjadi 50 jam. Bambang Set juga mendatangkan Kyai Zawawi (D. Zamawi Imron) menampilkan puisi dalam musik mulut Madura yang banyak menyedot massa di Purwokerto.

Demikianlah perjalanan kepenyairan Bambang Set yang jelas mewarnai jagad sastra di Banyumas. Sebagai sastrawan bisa dibilang ketenarannya setelah Achmad Tohari dan Darmadi. Namun memang karakter Bambang Set yang nyentrik, tidak pernah puas dengan satu aktivitas seni. Dari lukis beralih ke teater lalu menerabas tantangan di dunia sastra menjadi penyair.

Menjelang akhir kariernya aktif di DKKB yang didirikannya bersama teman-temannya dan berusaha mengangkat derajat  seni tradisional Banyumas bahkan sampai ke Eropa dan negeri Jiran, Malaysia. Cakenjring (Calung, kenthong dan genjring) berkibar pada ajang internasional Mezinarodni Folklorni Festival, 12 -- 18 Juni 2007 di Frydek-Mistex  Republik Ceko Eropa Tengah yang diselenggarakan oleh CIOFF / UNESCO. 

Kemudian tampil di Dataran Merdeka Kuala Lumpur Malaysia  mengikuti International Drum Festival pada akhir Desember 2007. Sungguh raihan prestasi membanggakan tlatah Banyumas  dalam memperkenalkan seni budaya Banyumas di kancah internasional.

Bambang Set telah berpulang, ia meninggal tanggal 18 Desember 2012 malam pukul 21.50 di RSU Geriyatri karena komplikasi varises pada hati. Warisan karya-karyanya, aktivitasnya dalam mengelorakan seni, baik itu teater, sastra, seni tradisional yang tak pernah pantang surut, patut dikenang dan diteladani generasi seniman penerusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun