Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ngarit Cari Rejeki Saat Pilkada

14 Juni 2018   16:00 Diperbarui: 14 Juni 2018   16:08 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang Pilkada, eh, Pilkadal (Pemilihan Kepala Daerah Langsung) menjadi tanda bahwa musim ngarit telah tiba. Ngarit atau repek adalah istilah yang populer di kalangan komunitas politik di Banyumas. Yang melakukan ngarit disebut pula botoh atau gedibal alias calo. Nah, musim ngarit ini yatra sasarannya, biting jualannya.

Fenomena ngarit memang lahir dan terjadi di komunitas partai politik. Siklus suksesi kepimpinan partai, dari ranting hingga DPP menjadi persemaian muyabnya orang ngarit. Musting, Musancab, Konfercab, Konferda sampai Kongres, tidaklah mudah ditembus oleh mereka yang ingin njago ketua partai. Ngarit adalah jualan jasa menggerakkan massa. Untuk nyoblos jago.

"Ngarit ini ada kelas-kelasnya, ada klasifikasinya. Ada yang bermain solo, kaya Wa Rakim. Kepentingannya  rokok, uang transport dan dapur tetap ngebul selama ngarit. Wa Rakim kelas tas kresek. Ada solo yang kelas kakap dan ada juga yang kelompok, mengatasnamakan organisasi. 

Yang ini targetnya APBD, dana abadi atau kebijakan, Perda, proyek pembangunan yang dibuat Cabub kelak kalau jadi " begitulah sampai kumis putihnya Bung Yoko  jentrak-jentrik ketika orasi di warungnya Mba Bad. Lalu si Bung Kumis Putih melanjutkan, "Nah, ini yang lucu dan menarik. Jenis tas kresek seperti Wa Rakim ini di setiap markas jago, pasti ada. Saya selalu bertemu dengan Wa Rakim. Di jago A sedang menata kursi, di jago B jadi glidig, di jago C bahkan sampai menginap berhari-hari sebagai PRT" jelas Bung Yoko, lalu pamit mau pulang, katanya sedang ditunggu tukang pijat, mau pijatan, badanya pegal-pegal.

"Pak Banjir, itu tadi, Bang Yoko kelihatannya juga suka ngarit, ya? Itu berdasarkan pidatonya tadi. Hanya itu, Bang Yoko itu, termasuk kelas apa ya? " Mba Bad tumben cerdas menangkap orasinya Bung Yoko.

"Oooo .. Bung Yoko kelas profesional!"

"Nah, Kalau Pak Banjir bagaimana sikapnya perihal ngarit itu?" Mba Bad menyudutkan Pak Banjir. Pak Banjir pun jadi tertawa ngakak.

"Kritis, rika ya, Bad! Kalau, enyong si enggak  munafik. Manfaatkan momen siklus suksesi lima tahunan. Aja munafik, jangan puritan, aja phobi, jangan alergi politik. Itu semua para guru, para seniman, kompak perjuangkan kepentingannya. Ya itu, pemerintah peduli pada pendidikan dan seni budaya. Kalau ada Cabub yang komit perkara itu, contohnya pendidikan TK-SMA gratis, kesejahteraan guru terjamin dan bisa mewujudkan TBB (Taman Budaya Banyumas)   lalu  bisa mengimplementasikan UU Nomer 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, kena apa enggak didukung ?! "

Pak Banjir masih tertawa ketika minta pamit karena adhan mahrib berkumandang. Sambil nyangking tas kresek isi mendhoan anget, Pak Banjir pulang ke rumah dengan harapan ada Cabub yang sanggup mewujudkan impiannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun