Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Ada Representasi Ideologi pada 3 Paslon Capres Cawapres, Sikap Politik Murni Teknis

1 Desember 2023   07:10 Diperbarui: 1 Desember 2023   07:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Instagram @kpu_ri

Seting latar buku ini sama dengan zaman yang diceritakan oleh Kuntowijoyo, yaitu era transisi politik Indonesia dari Orba ke Reformasi, ditandai dengan kejatuhan Soeharto.

Hanya saja sudut penceritaan ini diambil dari kisah Cak Nur sendiri, sebagai salah satu pelaku sejarah dalam proses transisi itu, dan sepertinya bagian ini tidak banyak yang tahu.

Cak Nur mencium aroma konfrontasi representasi tersebut lebih dari sekadar Islam vs Islam vs Sosialis vs Nasionalis, lebih jauh Cak Nur menyebut salah satunya adalah representasi militer.

Di sini sesungguhnya telah terjadi pergeseran, dari perjuangan pikiran ke perjuangan kelompok, representasi ideologi menjadi representasi kelompok.

Salah satu bentuknya, Habibie sebagai Presiden pengganti Soeharto, yang ditugaskan mempersiapkan Pemiliu yang sesungguhnya efektif bila membuat persiapan selama 2 tahun, terpaksa diberi waktu hanya 6 bulan.

Menurut Cak Nur, waktu 6 bulan itu terpaksa disetujui demi meredam konflik antara representasi militer dengan para pendukung Habibie, dan mungkin juga kelompok-kelompok lainnya.

Di luar itu semua, pada sisi yang lain ada Megawati Soekarnoputri dengan PDIP nya yang dianggap merupakan representasi ideologi sosialis-nasionalis, yang berbeda dari representasi (kelompok) Islam dan representasi militer.

Bisa jadi Cak Nur keliru kala menyebut "Megawati memang anak bapaknya (Soekarno)", dalam arti yang sebenarnya, anak biologis.

Budiman Sudjatmiko yang menjadi saksi dalam 'Anak-Anak Revolusi', autobiografi semi novel (alih-alih novel semi autobiografi) yang ditulisnya, bahwa Megawati bukan sekadar anak bapaknya.

Di sana Megawati Soekarnoputri memenangkan PDI dengan cara melahirkan PDIP saat dipecah Orba.

Kemenangan Megawati bukan terletak pada mengubah versi PDI menjadi PDIP, tetapi kepada keberhasilan meyakinkan publik bahwa Soekarnoputri ini adalah sesejatinya Marhaenisme, sosialisme khas Indonesia, kultur PDIP yang as(a)li.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun