Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Book

Sejarah Dunia yang Disembunyikan (2): Evolusi dan Penciptaan Menurut Pengajaran Kuno

16 Maret 2023   10:30 Diperbarui: 16 Maret 2023   10:41 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokpri 

Jonathan Black menulis, "Ilmu pengetahuan dan agama setuju bahwa pada mulanya kosmos bergerak dari sebuah keadaan ketiadaan materi ke keberadaan materi." Bentuk dari pergerakan keadaan itu adalah "Big Bang", sebuah ledakan besar yang darinya semesta terbentuk.

Teori Big Bang memang dicurigai oleh sementara kalangan agamawan sebagai teori yang menyesatkan. Teori yang benar adalah penciptaan alam semesta oleh Tuhan, melalui sebuah ketenangan dan harmoni. Big Bang diandaikan sebagai pembentukan yang berasal dari keacakan. Ledakan sendiri seakan-akan adalah antinomi dari sebuah penciptaan secara sengaja oleh Subjek (Tuhan).

Padahal Big Bang ini hanyalah sebentuk kemandekan, sebuah batas jangkauan pikiran. Bisa kita andaikan, Big Bang hanyalah satu fase dari penciptaan. Sebelum Big Bang, tentu sesuatu telah terjadi. Jika kita periksa ini dengan hukum kausalitas, Big Bang hanyalah akibat, sebab yang mendahuluinya tentu ada.

Persoalannya, apakah kita akan setuju dengan klaim Jonathan bahwa antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama terjadi persetujuan terkait konsep penciptaan (Big Bang) ini? Seandainya saja Jonathan menyebut Kekristenan, kita mungkin tidak begitu repot, dan segera akan menemukan koherensi pernyataan yang sudah ia buat.

Lagipula Andre Comte-Sponville, penulis buku "Spiritualitas Tanpa Tuhan", pernah mengeluh di dalam bukunya terkait penggunaan kata "agama". Ia harus membedakan antara agama yang membicarakan Tuhan dengan yang tidak. Keduanya jelas memiliki perbedaan yang tajam, dan ini adalah masalah, generalisasi. Masalah ini juga akhirnya dimunculkan oleh Jonathan Black.

Meski agama (yang maknanya general itu) dalam pandangan Jonathan lebih condong ke Kristen, namun sebagai orang yang memeluk agama Islam dan hanya tahu konsep Keislaman--ketimbang Kekristenan--maka saya akan melihat ini dari sudut pandang agama Islam, tepatnya dalam Al-Qur'an--sebagai sumber primer kebenaran Islam.

Al-Qur'an juga membenarkan Big Bang, melalui Q.S. Al-Anbiya (21) ayat 30, "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya ...." Kata "ledakan" memang tidak ada di ayat itu, namun jika kita membayangkan bagaimana proses pemisahan itu terjadi, pasti melalui satu hentakan yang dahsyat. Jangankan untuk jagat seluas itu, lempeng bumi saja yang tak sampai terpisah, cukup bergeser (sesar) saja sudah melalui gempa bumi yang lumayan besar.

Al-Qur'an membenarkan temuan sains, yakni Big Bang, bukan berarti Al-Qur'an menjiplak konsep itu. Sebagaimana kita tahu, Al-Qur'an sudah turun ke tangan manusia sudah berpuluh-puluh abad lamanya sebelum akhirnya konsep Big Bang itu ditemukan, sedang Al-Qur'an tidak pernah mengalami perubahan teks sedikit pun.

Jonathan Black selanjutnya menulis, "Namun ilmu pengetahuan tidak menjelaskan dengan luas tentang transisi misterius ini sehingga semuanya menjadi sangat spekulatif." Demikianlah, sains memang hanya akan yakin menjelaskan sesuatu jika itu memiliki sandaran, yakni penemuan. Selain dari itu, sains hanya berani menduga, berhipotesa. Transisi dari alam ketiadaan ke alam keadaan hanya dipahami berdasarkan kejadian.

Namun sekali lagi, bagi agama--khususnya Islam--Big Bang hanyalah salah satu fase penciptaan, bukan mula penciptaan itu sendiri. Sedang sains hampir (kalau bukan memang iya) meyakini penciptaan bermula dari Big Bang. Ledakan sendiri adalah suatu gejala materi, sedang transisi ketiadaan menuju ke ada memestikan dari kekosongan menuju ke materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun