Belajar dari Jakarta. Itu mungkin kalimat yang tepat untuk dijadikan renungan dan pemikiran mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia dan para peminat kekuasaan serta seluruh instrumen sosial politik di negeri ini. Mengapa hal ini sangat penting?karena bagaimanapun masyarakat dan pemimpin/penyelenggaran negara dan seluruh komponenya harus bersatu padu dalam membangun Indonesia di bawah visi dan misi serta orientasi yang jelas.
Para pahlawan dan pendiri bangsa ini spirit utamanya dalam berjuang dan berkorban adalah untuk membangun kejayaan Indonesia di atas kesejahteraan rakyatnya. Indonesia dimasa lalunya memiliki para politikus, pemikir, ulama dan tokoh yang di akui dan diperhitungkan di dunia. Bahkan Indonesia dijadikan bagian yang mampu mempengaruhi keputusan politik negara lain.Â
Sejarah besar Indonesia dan karismatik, orientasi yang jelas, kecerdasan, kejujuran. keikhlasan, pengorbanan, perjuangan dan kepiawian para pemimpin pemimpin sebelumnya patut dijadikan keteladanan bagi siapapun yang akan mengelola negara ini karena dengan sikap dan karakter itulah pengelolaan negara akan terbebas dari segela kepentingan pribadi, kelompok dan golongan.
Indonesia memiliki aset sumberdaya alam dan manusia yang luar biasa, yang tidak dimilki oleh negara negara lain terutama posisi agrarisnya, dimana seluruh potensi kekayaan sumberdayanya mampu berkembang dengan baik dan bahkan sempurna. Semua akan terbangun dan terwujud berawal dari sosok dan siapakah pemimpinya/leadershipnya. Jadi pembahasan mengenai pemimpin itu menjadai sangat penting dan urgen dalam memandang Indonesia sebagai negara besar dan memiliki kesempatan mengusai Asia di masa mendatang.
Jakarta adalah miniatur Indonesia baik secara administrasi, politik, sosial dan ekonomi. Kemajuan dan kemapanan Jakarta serta kenyamananya mencerminkan kualitas pengelolaaan dan penyelenggaraan pemerintahan oleh kepala daerahnya. Jakarta dengan berbagai dinamikia dan permasalahanya dibutuhkan sosok pemeimpin atau kepala daerah yang berkarakter kuat, cerdas, bijak, karismatik dan visioner serta mampu berdiri di atas kepentingan siapaun tanpa terkecuali.
Jakarta membutuhkan sosok pemimpin yang demikian jika ingin ada perubahan besar ke depanya. Jangan Jakarta dijadikan tempat persinggahan untuk kepntingan politik Jangka pendek karena itu tidak akan pernah mnyelesaikan masalah, Jakarta harus diselesaikan dengan cara cara yang sistematis dengan melibatkan seluruh unsur terutama masyarakat dibangun di atas pendekatan humanisme bukan arogansi dan penistaan.Â
Cara cara penyelesaian masalah di Jakarta dengan berbagai bentuknya memang tidak semudah mebalikkan telapak tangan, namun memerlukan upaya upaya khusus agar semua berjalan dengan baik tanpa harus ada keributan, korban dan dirugikan. Ketegasan tidak harus identik dengan kekerasan dan pemaksaan karena itu akan hanya melahirkan luka yang mendalam dan akan menimbulkan kebencian dan perlawanan.
Saya menyimpulkan, masyarakat yang tinggal di Jakarta dengan berbagai latar belakang pendidikan, status sosial dan etnisnya hanya memiliki tujuan satu yaitu mempertahankan dan memperbaiki hidup dengan mempertaruhkan jiwanya bekerja di Jakarta. Mereka disisi lain juga menjadi sumber masalah baru di Jakarta terutama terkait dengan tidak tertatanya tempat tinggal dan penyesuaian dengan kehidupan ibu kota.
Jadi, masyakat Jakarta khsuusnya kelas menengah ke bawah tanpa di sadari telah mempu membangun Jakarta, bahkan meringankan beban beban kelas menengah baik melalui berbagai bentuk jasa kehidupan. Mereka tidak boleh dianggap sepele atau sebelah mata, jadi mereka harus diposisikan dengan cara terhormat.
Untuk itu siapapun yang akan menjadi pemimpin Jakarta harus memahami realita Jakarta dari kelas bawah bukan hanya logika kelasa atas. Mereka adalah aset bahkan yang akan meperkuat Jakarta suatu saat dengan posisi mereka sekarang. Yang dibutuhkan bukanlah kekerasan dan arogasni namun penyelsaian dengan cara cara kemanusian dan mengarah pada penyelesaian bukan menimbukalkan masalah baru. Mereka memiliki hak untuk tinggal dimanapun bahkan mencari sumber sumber penghasilan dan hal itu sudah tegas di atas di UUD 1945.
Cara pengelolaan Jakarta dengan pendekatan saat ini akan menjadi rujukkan banyak provinsi lain, memang sukses secara fisik pendekatanya, namun ada hal yang dirugikan secara non fisik yaitu terbunuhnya hak hak masyarakat untuk menjalani hidup di Jakarta terutama bagi mereka yang sangat lemah dan tergolong tidak mapan. Pembangunan boleh kuat dan perkasa namun hak hak manusia yang hidup di atasnya tidak boleh di abaikan karena tanpa mereka tidak akan mungkin demokrasi terbangun. Jangan abaikan masayakat kecil, selemah apaun karena ia sumber penghambat jika mendapat penistaan dan luka jiwanya.Â