Di perjalanannya, saya dibentur dengan banyak hal. Menurut saya, ini adalah bagian dari terpaan yang banyak orang menyebutnya tantangan, dan saya menerimanya, menghadapinya, menjalaninya dengan tenang.
Tidak berpikir tentang kerja di mana, gajinya harus besar, targetnya beli ini dan itu, belum terlintas dalam pikiran saya. Hingga dia akhir 2017, saya putuskan menggaris dan mencetak degan baik anak tangga yang nanti saya lewati untuk menempuh satu keberhasilan, saya lebih berpikir tentang keberhasilan daripada sukses.
Sukses ukurannya stiap hari memiliki target yang harus dicapai. Keberhasilan adalah hasil dari sukses, sebagaimana sebelumnya telah saya sampaikan, menikmati hasil yang ada dan merasa bahagia itu sudah cukup, itu lah orang berhasil yang sesunggunya.
Misalkan sekarang ini, pandemi memperkecil sedikit ruang gerak, aktivitas sementara hanya di rumah. Meskipun kerja di rumah, jika orang itu bahagia dengan kerja yang dia lakukan. Menurut hemat saya, dia adalah orang berhasil karena sukses dan berhasil itu erat hubungannya dengan priskologi seseorang
Ada pekerjaan kecil di rumah, saya hanya konsepkan beberapa materi yang saya dapat dari seorang untuk persentasi di kantornya, dan juga menulis serta membaca tidak memperkecil atau pun mempersempit pikiran bahwa tidak ada pekerjaan akan menjadi tekanan pada psikologi.
Mengikuti sejumlah perkembangan terpampang di media sosial, orang sangat giat untuk sukses. Hal ini saya sangat paham, keinginan semua orang. Tapi sebagian dari mereka tidak pernah menikmati sukses yang mereka raih. Disini, sebuah usaha dan pengorbanan menjadi tidak memiliki arti sama sekali
D isini, individu yang melakukan hal di atas (sukses dan Berhasil) memiliki pemilahan tersendiri, baik dari kualitas dan metode yang berbeda. Tentunya, kedua hal itu di lakukan dengan sangat hati-hati.
Kadang saya juga berpikir tantang ekslusivitas beberapa cara orang dalam cara menempuh hal ini, sebagiannya menyampaikan kepada teman, diseminar-seminar, tapi sebagiannya hanya menyimpan sebagai rahasia perjalanan mereka
Saya pikir work from home tidak menghilangkan suasana lingkungan kerja, sama sebagaimana di lingkungan kerja yang biasanya tempat kita kerja. Hanya saja kedisiplinan dan juga budayanya berbeda.
Bekerja di rumah, atau dari rumah terkadang memperlambat proses keputusan karena tidak ada ruang untuk meminta pendapat sebelum mengambil keputusan. Jadi ada suatu hanya butuh persetujuan (approval) kita sendiri.
Beberapa di antara kita, atau pembaca mungkin merasa jenuh karena sering terlibat langsung dalam urusan pengembangan suatu usaha, pekerjaan di tempat kerja tertentu.
