Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jembatan Kematian, antara Depresi dan Pandemi (Seri I)

20 Mei 2021   21:55 Diperbarui: 21 Mei 2021   01:25 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Fantasi: foto-wallpaperbetter.com

Depresi, penyakit pikiran yang lebih mematikan dibanding dengan penyakit lain yang juga sama-sama menyebabkan kehilangan nyawa bagi pengidapnya. Di antara kita semua tentunya sudah mengalami satu dari sekian banyak penyebab penyakit pikiran ini.  Tiga hari belakangan ini, saya membaca beberapa artikel yang mendorong rasa penasaran untuk mengetahui sedikit hal tentang depresi tersebut.

Media masa dengan masif mewartakan kejadian-kejadian bunuh diri, ada yang tidak wajar, ada juga yang masih diselediki penyebabnya dan ada juga penanganannya hanya berakhir di pemberitaan tanpa ada langkah konkret pihak terkait untuk menyisir jauh lebih ke dalam tentang tindakan-tindakan bunuh diri di tengah lingkungan sosial.

Beberapa artikel yang saya baca, saya menemukan bahwa penyebab depresi adalah stres yang tidak diatasi dan lama kelamaan menyebabkan seseorang menjadi depresi, kurang lebih seperti demikian menyimpulkan beberapa artikel tersebut.

Kurang lebih tiga hari, membaca dan menyimak berita bunuh diri membuat saya sendiri juga merasa takut dengan penyebab-penyebab yang bahkan sangat sederhana. Salah satunya adalah stres, beberapa artikel juga menyampaikan kejadian bunuh diri akibat depresi lebih banyak di lakukan oleh remaja.

Dari pemberitaan tersebut, saya dengan rasa penasaran ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang depresi tersebut membawa saya kepada mesin pencari yang akurasinya sangat tepat dengan Googling. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari jurnal ilmiah tanpa berpikir panjang, yang jelas materi yang saya cari adalah depresi, begitu yang terlintas dalam pikiran saya.

Pandemi, mempunyai dampak yang sangat luar biasa. Kemarin baru saja ribut di meja diskursus oleh pakar dan pengamat di tanah air tentang Economic Depression penyebab dua tahun atau bahkan sudah masuk tahun ketiga negara kita diterpa pandemi covid-19.

Benturan dahsyat hemat saya, psikologi negara terguncang semenjak pemerintah Indonesia memilik Lockdown sebagai langkah untuk menanggulangi penyebaran virus corona. Beberapa tahapan langkah untuk menekan tidak melonjaknya angka tertularnya covid-19 pun sudah dilakukan bersandar pada Peraturan legalnya. Bagi saya, negara kita bisa mengatasi depresi ekonomi, masih bisa menjaga stabilitas ekonomi kita.

Di sini ingin saya berbagi sedikit hal terkait perubahan-perubahan yang terjadi, yang dialami oleh manusia, oleh individu sehingga menjadi tekanan psikologi. Jadi dampak besar dari pandemi covid-19 bukan hanya psikologi negara terganggu, psikologi rakyat sebagai masyarakatnya juga terganggu. Awal dari beberapa faktor penyebab tindakan bunuh diri akibat stres tidak bisa bertahan hidup selama pandemi berlangsung.

Hal lain yang kita temukan, penyebab kematian bunuh diri akhir-akhir ini menjadi perhatian. 75% penyebabnya adalah deprsei, mula-mula korban mengalami stres biasa dan tidak dihiraukan. Kelamaan tahapan stres meningkat dan menyeretnya kepada Jembatan kematian bernama depresi.

Ini hari keempat saya masih membaca lagi 4 jurnal ilmiah psikologi dan menyimak pendapat para pakar, psikiater serta dokter-dokter yang serius memberikan perhatian terhadap hal depresi ini. Kurang lebih pukul 20.30 wib, jurnal kelar dibaca dan saya memilih untuk berbagi hal ini dengan kompasianer semua.

Mengutip Republika.co.id, menurut Psikiater RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta dan RSI Cempaka Putih, Agung Frijanto menjelaskan bahwa pada pandemi ini ada 67 orang mengalami depresi. Penjelasan ini berdasarkan survei yang dilakukan setelah lima bulan pandemi melanda  Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun