Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Proses Diskriminasi terhadap Guru Laki-laki

14 November 2017   02:16 Diperbarui: 14 November 2017   09:51 2864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi haulahsiti : Guru-guru TK Islam Darunnajah

Ini jaman millenial, guru dan kualitas guru didapat dari proses tahap demi tahap. Sehingga pada realisasi atau pelaksanaannya, tidak ada yang menyebut pembedaan terjadi disana. 

Kenyataan di lapangan, saya melewati tahap pendidikan yang sama seperti sekarang ini generasi kita sedang menjalaninya. Kebanyakan guru waktu saya dan mungkin 100% dari pembaca melihat kenyataan itu tanpa disadari. 

Masalah emosional dalam belajar, guru tahun 90an waktu itu mengutamakan emosi pada proses belajar mengajar. Sedikit kesalahan, emosi meluap dan siswa adalah sasaran tembak. 

Pertanyaannya, apa iya guru-guru untuk mengajar tingkat TK dan SD harus guru perempuan saja?  

Kenyataan dilapangan dan kita semua menjawab sesuai persepsi dan pengalaman kita masing-masing. Melihat fenomena partisipasi guru laki-alki disekolah ini. 

Kita menemukan masalah baru yang sangat vital mengganggu prospek pendidikan menuju tahap perkembangan yang lebih baik. Sebab menjadi guru bukan lagi soal gender atau jenis kelamin saja. 

Toh kalau perspektif seperti ini yang dipakai maka yakinlah bahwa kekeliruan dan kekacauan wawasan ternyata sudah sampai pada tahap parahnya. Menjadi seorang guru di ukur dari kualitas keilmuan dari guru itu sendiri, itulah jawaban sebenarnya. 

Guru yang tidak berkompeten juga masih terdapat di banyak sekolah di berbagai daerah. Kualitas keilmuan guru menentukan kadar kualitas siswa. Jadi jawaban untuk kegagalan dan atau problem remaja di lingkungan kita adalah ulah dari guru tidak berkualitas selain masalah pengaruh lingkungan tempat tinggal. 

Dunia pendidikan dari Indonesia merdeka hingga kini semacam ada sebuah dinding pemisah yang tebal, memisahkan eksistensi guru perempuan dengan guru laki-laki dalam proses belajar mengajar. 

Dan kalaupun, jawaban mengapa guru laki-laki sangat minim di pendidikan TK dan SD adalah perkara minat. Maka,  sistem pendidikan yang ditawarkan adlaah menggenjot minat guru laki-laki agar mengambil peran sedini mungkin terhadap semua jenjang pendidikan dari TK sampai SMA dan sederajat. 

Wadah pengajaran di dunia pendidikan diberikan kebebasan kepada kedua pihak guru. Peluang ini seharunya diberikan, bukan lagi ditunggu para guru akan datang menghampirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun