Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Masih Merindu Selepas Lebaran

15 Mei 2021   17:38 Diperbarui: 15 Mei 2021   17:46 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak pekerja muda yang harus menahan kerinduan bertemu keluarga untuk kepentingan yang lebih besar (dok.The Wall Street Journal/ed.WS)

Tak disangka akan bertemu dia di luar supermarket. Menjinjing tas kresek yang sepintas terlihat berisikan aneka camilan kesukaan remaja, Dara yang sepertinya masih butuh setahun-dua untuk genap 20 tahun itu ternyata memutuskan untuk tidak mudik dan mengisi malam takbiran dengan berurai air mata di kamar kos. Ini adalah kali pertamanya berlebaran di perantauan.

Tubuh mungilnya terasa ringkih dalam pelukan dan mata yang samar membasah menghantar narasi pendeknya tentang mengapa dia beserta rekan-rekannya yang sama-sama berasal dari Tasik memilih tidak pulang kampung.

Selain kekuatiran akan sulit kembali ke kota tempat mereka mencari nafkah nanti akibat penjagaan wilayah perbatasan antar kota oleh aparat terkait diberlakukannya larangan mudik , jatah libur mepet yang diberikan oleh manajemen minimarket juga menjadi alasan utama para pekerja belia itu untuk menunda silaturahmi dengan keluarga di kampung halaman.

Prosesi pulang-balik mudik meski menggembirakan namun, baik disadari atau tidak, sangatlah melelahkan terutama secara fisik. Tumbang karena kecapekan yang berpotensi menggiring pada jatuh sakit di tengah pandemi yang belum jelas kapan berakhir ini memang bukan pilihan yang bijaksana. Apalagi kondisi perekonomian yang baru menggeliat pun tak banyak menjanjikan lowongan pekerjaan baru. Mereka sangat sadar akan hal itu dan sebisa mungkin menerimanya dengan sabar.

Sementara kesabaran serupa sudah sejak dulu diterapkan oleh para pedagang kuliner yang menunda momen silaturahmi dengan keluarga sampai beberapa hari setelah Lebaran. Contohnya para penjual bakso yang mungkin sudah berbilang dekade lamanya menjadi bagian dari 'tradisi' Lebaran di Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat. Pokoknya setelah ziarah makam keluarga dan tuntas silaturahmi berkeliling, lapak bakso adalah destinasi untuk menyegarkan diri. Bahkan saat ini, meski tak semembludak masa-masa pra pandemi, antrian motor dan mobil di berbagai titik penjualan bakso masih terlihat di mana-mana. Sabar mengelola rasa rindu bercengkrama dengan keluarga nun jauh di mata sudah lama dilakukan para pedagang bakso dan teman-temannya bahkan sejak rangkaian Lebaran sebelum Covid-19 membayangi.

Mereka yang berprofesi terkait jasa pengamanan seperti para anggota Satuan Pengamanan (Satpam) yang harus menjaga berbagai jenis properti dari mulai perumahan, perkantoran sampai pabrik-pabrik juga demikian. Sama halnya dengan para prajurit TNI dan anggota Polri  yang ditugaskan sampai ke berbagai pelosok negeri yang bisa satu samudera jauhnya dari keluarga tercinta.

Banyak kalangan di antara kita yang harus mengelola rasa kangen untuk pulang demi kepentingan yang jauh lebih besar; termasuk masa depan anak, istri, suami, dan orangtua yang jadi sumber kerinduan itu sendiri. Sebuah pilihan yang sangat layak untuk diapresiasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun