Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menyiasati Jabatan yang Mentok

20 Januari 2020   05:31 Diperbarui: 20 Januari 2020   05:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bila kenaikan jenjang karir terhambat, maka susunlah rencana permainan yang tepat (doc. Barret Group/ed.Wahyuni)

Mungkin anda, terlepas sebagai abdi sipil negara (ASN) atau karyawan profesional di sebuah perusahaan, pernah mengalami sebuah situasi dimana semua tugas dan tanggungjawab telah dilaksanakan dengan memuaskan, namun anda merasa terjepit dalam situasi kuldesak alias 'maju kena, mundur kena' terkait posisi atau jabatan yang tak kunjung naik akibat ada 'penghambat' di luar urusan prestasi kerja. Faktor penghambat sedemikian yang paling populer di Indonesia adalah senioritas, koneksi, dan nepotisme.

Situasi jalan di tempat seperti di atas acapkali menghadirkan rasa jenuh, frustrasi, keraguan mendalam akan masa depan, bahkan ketakutan tak menentu pada sebagian orang yang mengalaminya. Bila anda merasa pendakian karir mentok di jalan buntu, maka serangkaian kiat dari Jack Kelly yang seorang CEO, pendiri, sekaligus eksekutif perekrutan profesional  berikut ini sangat cocok untuk diterapkan.

Jack, sebagaimana dilansir dalam Forbes (13/1), memaparkan bahwa setidaknya ada lima langkah dasar yang harus dilakukan untuk menjalani masa kuldesak secara profesional dengan positif dan terkendali.

  • Jangan abaikan permasalahan, pahami sepenuhnya situasi yang terjadi

Kecenderungan alami mereka yang berada dalam situasi kuldesak adalah berharap bahwa suatu saat bos atau atasan akan datang lalu menyadari betapa hebat kinerja mereka. Atau rekan kerja yang jadi penghambat karena faktor non teknis mendadak jadi insyaf lalu mundur memberi jalan agar anda menduduki posisinya. Well, realita bukan alam sinetron, saudara ...

Tidak apa-apa untuk ingin percaya bahwa segala sesuatunya akan membaik, tetapi anda perlu merencanakan untuk hasil terburuk. Terima kenyataan dan mulailah merencanakan langkah selanjutnya.

  • Bukan hanya anda yang mengalami situasi kuldesak

Pada kehidupan nyata, mayoritas orang harus mengalami berkali-kali kegagalan seperti penolakan, kehilangan pekerjaan, bisnis yang bangkrut, terjebak investasi bodong, atau kehilangan kesempatan mendapat promosi. 

Nama-nama seperti JK Rowling, Steve Jobs, atau Albert Einstein juga tak terkecuali. Masalahnya kebanyakan kita lebih senang melompati sisi 'jatuh-bangun'nya dan terpukau di episode kesuksesan yang mereka raih, padahal perjuangan dan keberhasilan adalah sebuah proses yang menyatu.

Sosok terbaik dan paling cerdas adalah dia yang bisa memahami adanya kebutuhan untuk menerima lalu dengan berani menghadapi penolakan, kegagalan,  dan nasib buruk. 

Dia melihatnya sebagai bagian dari sebuah permainan. Kesadaran bahwa semua orang, tanpa kecuali, dapat saja mengalami kesulitan yang sama bisa memberikan sedikit penghiburan dan ketenangan pikiran. You're not alone, baby ...

  • Dorong diri anda terlibat secara sosial

Saat mengalami kemunduran karir, wajar saja anda memutuskan menarik diri dari keterlibatan dengan lingkungan sosial. Pasti berat bercerita pada keluarga atau teman-teman bahwa anda gagal mendapat promosi jabatan dan masih terjebak di posisi lama setelah begitu banyak tahun berlalu.

Kalau dibiarkan berlarut-larut, anda harus bersiap menangguk kerugian yang lebih besar. Sebenarnya saat menjalani tantangan dalam karir, berinteraksi dengan orang-orang tepat bisa membantu anda mendapatkan jawaban yang tepat untuk berbagai ketidaktahuan atau malah mengarahkan pikiran anda mengenali berbagai peluang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun