Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Vs Malaysia: Karhutla dan Kabut Asap Salah Siapa?

14 September 2019   07:08 Diperbarui: 18 September 2019   17:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Siti Nurbaya (kiri) dan Menteri Yeo Bee Yin (doc. ABC,FB,TST/ed.Wahyuni)

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sudah terjadi berminggu-minggu di kawasan Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan terjadinya kabut asap tebal. Saking tebalnya kabut asap yang menyelimuti sampai puncak gedung-gedung pencakar langit Malaysia nyaris tak terlihat lagi.

Bukan itu saja, mereka terpaksa harus meliburkan lebih dari 400 sekolah akibat sekapan asap toksik yang dikuatirkan bisa sangat merusak tubuh.. Bahkan khusus untuk wilayah Serawak yang terkena polusi udara paling parah, pemerintah Malaysia sudah mengirimkan setengah juta masker.

Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Cuaca Malaysia Yeo Bee Yin menyatakan bahwa kebakaran di Indonesia adalah akar permasalahan kabut asap tersebut dan harus segera dipadamkan (Malay Mail, 9 September 2019).

Dia juga menyebutkan upaya yang telah dilakukan pemerintah Malaysia untuk mengatasi masalah kabut asap tahunan dengan menyelenggarakan pertemuan dan kesepakatan multi-negara yang dihadiri delegasi dari Brunei Darussalam, Indonesia, Singapura, dan Thailand pada 6 Agustus 2019 lalu,"Sayangnya satu bulan setelah pertemuan, kondisi kebakaran di Indonesia tidak bertambah baik, malah memburuk."

Namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia mengatakan gambar satelit yang diambil minggu lalu justru menunjukkan adanya kebakaran hutan di Malaysia.

Pihak KLHK, sebagaimana dilansir oleh Oman Observer (11/9), menyatakan"Ada peningkatan tajam titik panas (hot spot) di beberapa bagian Asia Tenggara, tidak hanya di Indonesia tetapi terutama di Semenanjung Melayu dan Vietnam,"

Tercatat ada  1.423 potensi kebakaran di semenanjung Malaysia pada 7 September 2019 atau meningkat dari 1.038 di hari sebelumnya, pihak KLHK menambahkan bahwa peningkatan potensi kebakaran juga terjadi di Sarawak.

Menteri LHK Indonesia Siti Nurbaya Bakar menuduh Malaysia tidak transparan tentang data kebakaran hutannya sendiri.

Straits Times- Asia (12/9) memberitakan tuduhan balik itu ditanggapi Menteri Yeo Bee Yin pada Rabu (11/9) lalu lewat akun Facebook dimana dia menulis,"Biarkan data bicara, Menteri Siti Nurbaya tidak seharusnya membantah."

Yeo mengatakan bahwa data menunjukkan Indonesia bertanggungjawab atas kabut asap yang terjadi dan Siti Nurbaya tidak seharusnya memaksa menyalahkan Malaysia untuk itu. 

Di status tersebut dia juga menautkan link Asean Specialised Meteorological Centre (ASMC) yang catatan data terakhirnya menunjukkan bahwa ada total 474  hotspot di Kalimantan dan 387 di Sumatera. Sementara di Malaysia tercatat ada 7 hotspot.

Pejabat Serawak yang wilayahnya berdampingan dengan Kalimantan dimana kualitas udaranya sudah sangat parah terang-terangan menuntut Indonesia untuk mengirimkan masker dan perlengkapan medis bagi warganya yang terkena dampak polusi (Phys.org, 11 September 2019).

PM Tun Dr Mahathir Mohammad, sebagaimana diberitakan oleh Straits Times-Asia, merespon tuduhan Menteri Siti Nurbaya dengan,"Sudahlah, itu hanya komentarnya sendiri. Kami tidak akan mengatakan apa-apa tentang itu."

Sementara itu Menteri Siti Nurbaya menyatakan setidaknya ada empat perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia berbasis di Kalimantan dan Riau yang lahannya harus ditutup karena mengalami kebakaran (Reuters, 13 September 2019).

Diapun mengatakan bahwa sementara kabut asal karhutla di Indonesia mungkin telah melintas ke Malaysia, namun kebakaran yang terdeteksi minggu lalu di negara bagian Serawak, wilayah Malaysia yang berada di Pulau Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia pasti juga turut berkontribusi terhadap memburuknya kualitas udara di sana.

"Saya hanya meminta mereka bersikap obyektif dan runut dalam menganalisa data mereka."Kata Menteri Siti Nurbaya pada Reuters menanggapi pernyataan Malaysia bahwa mereka menggunakan data terbaru dari ASMC.

Menteri Yeo Bee Yin pada Kamis (12/9) menyatakan bahwa PM Mahathir akan menyurati Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan kekuatirannya tentang kabut asap yang melintasi perbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun