Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menuju Pemilu Berbekal ''Bismillah''

7 Januari 2019   08:47 Diperbarui: 7 Januari 2019   09:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah film lama berjudul  Our Brand Is Crisis (2015) dengan tokoh sentral Jane 'Calamity' Bodine (diperankan cukup apik oleh Sandra Bullock). Film ini merupakan versi fiksi yang kurang ciamik dari film dokumenter berjudul sama karya Rachel Boynton tahun 2005. 

Kualitas filmnya biasa-biasa saja, hal yang membuat saya memutuskan untuk memantenginya sampai habis adalah kisahnya seputar duel dua tim sukses bayaran asal Amerika untuk memenangkan klien mereka di ajang pemilihan presiden (pilpres) Bolivia. Cukup aktual dengan suasana bermasyarakat di negeri kita tercinta saat ini, kan?

Lumayan asyik menyaksikan para anggota tim sukses memoles kandidat jagoan mereka masing-masing dengan segala cara untuk meraup suara para pemilih dari mulai menyetir sudut pandang massa pada kasus penyerangan kandidat Jane dalam sebuah momen kampanye, pelaku adalah orang bayaran tim lawan dan sang kandidat merespon agresi itu dengan balik memukuli si penyerang sebelum berhasil dilerai oleh orang-orang di sekitarnya.

Tim lawan sukses mendapat modal kampanye negatif : Sosok berangasan yang gampang terpancing secara emosional mana cocok dijadikan presiden yang idealnya bijak dan mengayomi rakyat !

Tentu saja Jane tidak tinggal diam, dia meracik kelemahan kliennya dengan mengaitkan bahwa kedaulatan Bolivia yang tengah terancam dominasi asing melalui sodoran bantuan finansial dari IMF justru membutuhkan sosok pemimpin petarung yang punya nyali untuk melawan bahkan kalau perlu menghajar para pengancam itu hingga bangsanya bisa menyudahi krisis untuk tampil sebagai pemenang. 

Yups, 'krisis' adalah kata kunci yang dipilih Tim Jane untuk meredam citra 'pahlawan yang sangat peduli pada rakyat' yang digaungkan oleh tim sukses lawan.

Ada banyak kelucuan yang muncul saat kedua tim tak ragu saling hantam di balik layar dalam proses membangun pencitraan media massa untuk klien masing-masing, bahkan ketika mereka adu cepat kampanye keliling negeri alias blusukan. 

Singkat cerita, kandidat Jane sukses menang tipis dalam pilpres tersebut dan mengawali pemerintahannya menghadapi demo massa karena mengingkari janji kampanyenya sendiri dengan menandatangani kontrak pinjaman dari IMF.

Aura film yang biasa banget di mata para kritikus itu lumayan bergaung dalam kepala saya. Jadi kepikiran apa yang bakal terjadi setelah salah satu dari dua pasang kandidat yang kini tengah bertarung ketat, melibatkan timses bahkan para pendukung masing-masing, terpilih menjadi pemenang pilpres beberapa bulan mendatang. 

Saya berdoa untuk proses pemilihan yang terpelihara dalam sportifitas berlandaskan Pancasila yang menempatkan Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila pertama, juga untuk kebijaksanaan nasional dari segenap bangsa dalam menyikapi hasil pemilihannya nanti atas nama Persatuan Indonesia (sila ketiga) yang butuh solidaritas dan soliditas mumpuni untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (sila kelima).

Doa saya juga meliputi proses dan hasil pemilihan anggota legislatif (pileg) yang melibatkan berbagai delegasi parpol-parpol dan tokoh-tokoh masyarakat. Jadi meski proses menuju pilpres begitu 'mengasyikkan'; jangan pelit mengalokasikan pengamatan dan pemikiran untuk mengamati calon-calon anggota DPR RI, anggota DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota, dan anggota DPD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun