Permasalahan lingkungan menjadi isu yang terus mengemuka di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu masalah utama adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari sektor energi dan deforestasi (Margono et al., 2021). Akibatnya, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata tahunan serta lebih sering mengalami cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan (Sari, 2022). Peningkatan suhu ini tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, namun juga pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, yang sangat bergantung pada pola cuaca yang stabil. Selain itu, pencemaran air menjadi persoalan serius, terutama di sungai-sungai besar seperti Citarum yang tercemarlimbah rumah tangga dan industri (Suhardiman et al., 2020).Â
 Â
     Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan tersebut, dibutuhkan solusi konkret dan berkelanjutan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat umum. Salah satu solusi utama adalah mempercepat transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti surya dan angin yang ramah lingkungan. Energi terbarukan ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang menjadi salah satu penyebab utama polusi udara dan pemanasan global (Prabowo & Nugroho, 2021).Â
     Penggunaan energi terbarukan secara luas akan memberikan dampak signifikan dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, yang pada gilirannya membantu memitigasi perubahan iklim. Selain itu, rehabilitasi hutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat lokal sangat penting untuk mengurangi deforestasi dan meningkatkan tutupan lahan yang berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida (Hidayati et al., 2020). Program-program seperti penanaman pohon dan reboisasi tidak hanya membantu menjaga keseimbangan karbon, tetapi juga meningkatkan biodiversitas dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang terlibat. Di sektor pengelolaan air, teknologi biofilter yang mampu menyaring air limbah sebelum dibuang ke badan air dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas air dan mencegah pencemaran lebih lanjut (Darmawan & Astuti, 2021).Â
     Teknologi ini dapat mengurangi kandungan bahan berbahaya dalam air, sehingga memungkinkan air limbah untuk dikembalikan ke lingkungan dengan dampak yang lebih kecil. Untuk mengurangi polusi udara, perlu dikembangkan sistem transportasi publik yang ramah lingkungan seperti kendaraan listrik serta memperbanyak ruang terbuka hijau di perkotaan untuk menyerap polutan dan meningkatkan kualitas udara (Sari, 2022). Selain itu, peran pemerintah dalam membangun infrastruktur transportasi publik yang terintegrasi dan efektif menjadi hal yang krusial. Dalam mengatasi masalah sampah plastik, penerapan ekonomi sirkular melalui program daur ulang dan penggunaan material biodegradable yang ramah lingkungan perlu didorong agar plastik tidak berakhir di lautan dan merusak ekosistem laut (Amalia et al., 2021). Langkah-langkah ini perlu diterapkan dengan melibatkan masyarakat dalam kebijakan pengelolaan sampah yang lebih sistematis dan efisien. Selain itu, integrasi pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum formal sejak dini akan membentuk kesadaran generasi muda terhadap pentingnya menjaga alam dan lingkungan sekitar mereka (Hapsari & Nugroho, 2020). Dengan menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan sejak usia dini, diharapkan akan muncul budaya yang lebih peduli terhadap kelestarian alam. Semua solusi ini akan lebih efektif apabila didukung oleh kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil secara berkelanjutan agar terwujud sistem pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih hijau (Yuliana, 2020).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI