Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Afghanistan (9): Budaya Senjata di Kalangan Warga Afghanistan

1 September 2021   17:14 Diperbarui: 1 September 2021   18:06 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: GettyImages dalam pinterest.com

Seorang warga pria Afghanistan yang pada tahun 2021 berusia sekitar 60 tahun atau kurang dari 60 tahun (kelahiran 1960 atau setelahnya) dan selama periode itu berdomisili di Afghanistan, boleh dibilang bahwa lebih dari separuh hidupnya nyaris tak pernah berhenti bersentuhan dengan senjata atau setidaknya telinganya mendengar bunyi tembakan dan sesekali dentuman bom.

Sebagian di antaranya, khususnya kelahiran 1978 dan setelahnya, yakni mereka yang kini berusia sekitar 43 tahun, sejak lahir dia sudah hidup dalam suasana perang.

Sebab mulai tahun 1978, perebutan kekuasan di Kabul telah berlangsung berdarah-darah, yang segera disusul intervensi dan pendudukan Soviet pada tahun 1979, yang berlangsung hingga 1989. Selama sekitar 10 sampai 11 tahun itu, tentara Soviet menghadapi perlawanan bersenjata dari berbagai faksi mujahidin. Bunyi tembakan dan dentuman bom nyaris tak berhenti. Dan ribuan orang meninggal dunia.

Pada periode pendudukan Soviet ini, Afghanistan menjadi destinasi oleh petempur dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia, yang ikut bergabung di barisan salah satu faksi mujahidin Afghanistan.

Begitu Soviet hengkang dari Afghanistan pada tahun 1989, segera disusul perang saudara antar sesama faksi mujahidin untuk berebut kekuasaan. Perang antar faksi mujahidin ini berlangsung selama sekitar 7 tahunan, sampai akhirnya Taliban berhasil merebut kekuasaan di Kabul pada 1996. Taliban berkuasa selama kurang lebih lima tahun (1996-2001). Selama periode itu, senjata nyaris tak pernah berhenti menyalak, khususnya di wilayah yang resisten terhadap kekuasaan Taliban.

Lalu terjadi serangan teror di gedung kembar WTC di New York Amerika Serikat pada 11 September 2001.

Karena dituding menfasilitasi dan menyediakan base camp untuk Al-Qaeda, Amerika kemudian menggempur Afghanistan dan menjatuhkan Pemerintahan Taliban pada Oktober 2001. Dan sejak itu, bunyi tembakan dan dentuman bom nyaris tak pernah berhenti, selama 20 tahun, sampai akhirnya Taliban kembali lagi menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021, yang disusul penarikan mundur tentara terakhir Amerika Serikat dan Sekutunya pada 31 Agustus 2021.

Sejarah panjang pertempuran, selama kurang lebih 43 tahun dengan ritme yang nyaris tanpa jeda, tentu akan membuat setiap warga Afghanistan (pria-wanita, dewasa-anak-anak) menjalani kehidupan keseharian dalam suasana perang. Dan suasana itu tentu akan menciptakan semacam "budaya senjata". Karena itu, kemudian muncul istilah militerisasi warga Afghan (membuat warga Afghanistan bermental militer).

Dan hidup dalam suasana perang itu berarti setiap saat masing-masing warga Afghanistan akan sering menghadapi pilihan to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh), mungkin sering tanpa alasan yang jelas. Konsekuensinya, setiap orangtua ayah di Afghanistan akan cenderung mengajari anak-anaknya tentang cara menggunakan senjata dengan satu alasan sederhana: untuk jaga-jaga diri.

Sumber foto: Reuters pinterest.com
Sumber foto: Reuters pinterest.com
Karena itu, sebagian besar, untuk tidak mengatakan semua warga Afghanistan terutama yang pria diasumsikan mengenal dan tahu cara menggunakan senjata. Minimal tahu cara mengokang, membidik sasaran, menarik pelatuk senjata. Dan jenis senjata api paling populer di Afghanistan adalah AK47 untuk kategori laras panjang plus berbagai jenis laras pendek (pistol).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun