Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Afghanistan dalam Sorotan Mata Dunia: Kasus "Afghan Collaborators" (4)

18 Agustus 2021   20:16 Diperbarui: 21 Agustus 2021   09:00 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.aljazeera.com/gallery

Afghan collaborators adalah istilah yang segera mengemuka dan menjadi trending di berbagai media internasional sejak Taliban menguasai kabul pada 15 Agustus 2021.

Afghan collaborators adalah warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk pasukan asing dari berbagai negara selama 20 tahun terakhir. Kadang juga mereka disebut Afghan who worked with the occupier (warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk kepentingan pasukan penjajah".

Dan di kalangan simpatisan dan pendukung Taliban, kata occupier (penjajah) itu berlaku untuk semua negara yang bergabung dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat, yang menyerbu Afghanistan pada tahun 2001 dan berada di Afghanistan selama 20 tahun hingga 2021.

Karena tabiat atau karakter kolaborasinya umumnya bersifat rahasia, maka tidak ada sumber yang tahu secara persis berapa jumlah mereka. Nobody knows exactly how many they are.

Angka-angka yang muncul ke permukaan bersifat angka perkiraan: Sekira, 45 ribu Afghan collaborators yang bekerja untuk pasukan Amerika Serikat, 20 ribu Afghan collaborators yang bekerja untuk pasukan Inggris, dan sekira 10 ribu Afghan collaborators yang bekerja untuk pasukan Jerman. Angka yang relatif sama dan variatif untuk beberapa negara koalisi utama (Perancis, Belgia, Kanada, Australia, Italia, Spanyol).

Jika ditotal, jumlahnya bisa mencapai lebih dari 100.000 (seratus ribu) Afghan collaborators. Namun angka 100 ribu ini berpotensi berlipat-lipat jika dihitung anggota keluarga dari masing-masing Afghan collaborator.

Karena itu, sebagian dari mereka adalah wanita dan anak-anak, yang bahkan mungkin tidak paham soal istilah Afghan collaborators.

Karakter pekerjaan (pola dan bentuk kerja kolaborasi) itu tentu saja berbeda-beda: tenaga administrasi, supir, pembantu rumah tangga, tukang kebun, office boy di kantor, staf keamanan berupa Satpam, penerjemah, penunjuk jalan dan seterusnya.

Beberapa di antaranya juga mungkin pegawai kantoran pemerintah dan swasta, penjual di pasar-pasar, supir angkutan kota dan antar kota dan seterusnya. Sedemikian rupa sehingga Afghan collaborators bisa ada di berbagai lini profesi di Afghanistan.

Dan secara alami dan tuntutan tugas pekerjaannya, masing-masing dari Afghan collaborator itu akan diposisikan dan/atau memposisikan dirinya sebagai informan (pemberi informasi) untuk pasukan negara tertentu.

Dan mengidentifikasi Afghan collaborators satu per satu tentu bukan persoalan gampang. Sebab katakanlah ada seorang Afghan collaborator (Si-X) yang direkrut untuk menjadi collaborator untuk pasukan Amerika.

Nah Si-X ini mungkin akan merekrut orang lain (Si-Y) untuk membantunya. Dan Si-Y pun akan merekrut orang lain lagi (Si-A). Dalam kasus seperti ini, pasukan Amerika hanya berhubungan dengan collaborator yang pertama (Si-X), dan kemungkinan tidak tahu tentang si-Y dan Si-A. Begitu seterusnya.

Motivasi menjadi Afghan collaborators tentu juga beravariasi. Sebagian besar mungkin karena pertimbangan imbalan uang. Sebagian lainnya barangkali karena pertimbangan ideologis.

Artinya warga Afghan yang beroposisi terhadap ideologi Taliban akan cenderung bekerja sama dengan pasukan asing yang memerangi Taliban.

Namun warga Afghanistan secara umum, khususnya pendukung dan simpatisan Taliban, mungkin akan memposisikan para Afghan Collaborators itu sebagai pengkhianat (traitors).

Jika menggunakan istilah yang populer di Indonesia, Afghan collaborators biasa juga disebut antek-antek asing, pengkhinat bangsa dan negara.

Dan poin tentang asumsi atau tudingan sebagai traitor (pengkhianat) inilah sebenarnya yang menjadikan kasus Afghan collaborators menjadi serius, yang kemudian disikapi secara serius oleh pemerintahan dan politisi di negara-negara anggota Koalisi.

Dan jika mau mengidentifkasi mereka sebenarnya relatif mudah: sebagian besar warga Afghanistan yang berada di Bandara Kabul dan kini atau sedang berupaya keluar/kabur dari Afghanistan begitu Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021 adalah Afghan collaborators.

Sebagai perbandingan historis, kasus Afghan collaborators ini mirip dengan individu-individu dari unit-unit pasukan warga pribumi di Indonesia, yang pernah bekerja dan mendukung pasukan penjajah Belanda.

Ketika akhirnya Belanda terpaksa hengkang dari Indonesia, Kerajaan Belanda juga secara etis merasa bertanggungjawab menyelamatkan mereka. 

Dalam catatan historis, lebih dari 50 ribu warga pribumi Indonesia yang diselamatkan dan diangkut ke Belanda secara bergelombang mulai tahun 1950.

Alasannya, ketika itu, persis sama dengan alasan penyelamatan Afghan collaborators sekarang ini: melindungi mereka dari kemungkinan aksi balas dendam.

Lantas bagaimana nasib para Afghan Collaborators itu ke depan? 

Amerika Serikat telah membuat kebijakan untuk memberikan Special Immigrant Visa (SIV) untuk menampung para Afghan collaborators.

Amerika bahkan telah bekerja sama dengan beberapa negara Eropa Timur untuk menjadi negara penampungan sementara para Afghan collaborators sebelum akhirnya mereka diangkut ke Amerika.

Untuk wilayah regional Eropa, Josep Borrel, EU High Representative for Foreign Policy, pada 17 Agustus 2021, menegaskan "We cannot abandon them and we will do everything possible to bring them and offer them refuge in the member states of the European Union (kita tidak bisa membiarkan mereka.

Kami akan melakukan segala yang mungkin dilakukan untuk membawa mereka ke Eropa dan menawarkan kepada mereka lokasi-lokasi pengungsian di negara-negara anggota Uni Eropa)."

Sudah ada kesepakatan bahwa Taliban, yang kini menguasai kota Kabul, akan membuat "koridor/jalur aman menuju Bandara Kabul". Dan selama beberapa hari ke depan, berbagai jenis pesawat pengangkut akan take-off dari bandara Kabul yang membawa dan menyelamatkan rata-rata 5.000-an (lima ribuan) Afghan collaborators setiap hari. Salah satu operasi evakuasi besar-besaran yang akan dicatat dan terus diingat dalam sejarah dunia.

Dan sejauh ini, para Afghan collaborators yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan ribu itu, yang selama bekerja sebagai collabotor telah mempertaruhkan nyawanya dan nyawa keluarganya, akhirnya hanya diposisikan sebagai pengungsi (refugees).

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 18 Agustus 2021/ 10 Muhaaram 1443H

Sumber foto: www.aljazeera.com/gallery

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun