Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghina Menghinakan Penghinanya

27 Januari 2021   20:12 Diperbarui: 27 Januari 2021   21:43 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menghina pada mulanya adalah niat, yang muncul saat kita merasa lebih mulia atau mengasumsikan diri kita memiliki kelebihan tertentu dibanding orang yang ingin dihinakan.

Lalu niat menghina itu, secara sadar atau tidak sadar, akan diterjemahkan oleh bahasa tubuh, gerak-mimik yang merendahkan, dan lambat atau cepat, akan diartikulasikan melalui ucapan lidah atau kalimat yang dituliskan.

Karena itulah, perilaku menghina lebih merupakan bakat bawaan atau talenta yang melekat pada jiwa.

Makanya, menghina itu pada akhirnya akan "telanjang", meski dingkari atau dibungkus dengan ucapan palsu atau senyum bersahabat atau ramah-tamah yang dibuat-buat.

Jika penghinaan itu datang dari orang yang Anda hormati dan sayangi, maka bobot penghinaannya akan terasa berlipat-lipat dan berlapis-lapis, mengiris dan menyayat hati.

Namun tidak ada kemuliaan yang dapat diraih melalui penghinaan. Sebab menghina justru akan menghinakan penghinanya, sejak berniat untuk menghina, bahkan sebelum penghinaan itu tersampaikan kepada orang yang mau dihina.

Syarifuddin Abdullah | 27 Januari 2021M/ 14 Jumadil-taani 1442H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun