Mohon tunggu...
Sabda Pandita Panca Prasada
Sabda Pandita Panca Prasada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program studi Film dan Televisi, Universitas Pendidikan Indonesia

Seorang mahasiswa S1 di jurusan Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia. Memiliki hobby menonton film dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Mise En Scene dalam Film "ADHD: Out Of Control Kids"

3 Januari 2023   17:14 Diperbarui: 3 Januari 2023   17:15 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: Anak penderita ADHD yang baru terdiagnosa, Menit  00:07 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

"ADHD: OUT OF CONTROL KIDS"

 

Berkenalan dengan ADHD Attention-Deficit Hyperactivity Disorder atau lebih dikenal dengan singkatan ADHD adalah istilah dalam medis untuk sebuah gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif.

Dalam film semi-dokumenter di YouTube ini, mencerita dari banyak perspektif dan cerita orangtua yang anaknya mengidap ADHD, yang orangtuanya tidak tahu atau bahkan tidak siap untuk menangani hal tersebut, ataupun dari pengidapnya sendiri yang berhasil "survive" dan hidup dimasyarakat secara luas. Bagimana perasaan dan kekhawatiran mereka soal kondisinya dan bagaimana pada akhirnya mereka bisa menjadi dirinya yang saat ini sudah bisa diterima di masyarakat luas.

Gambar 2: Orangtua dari anak yang baru saja tediagnosa, Menit 02:00 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 2: Orangtua dari anak yang baru saja tediagnosa, Menit 02:00 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Pada babak pembuka ini diperlihatkan seorang anak perempuan yang begitu aktif berlarian, memanjat kesana-kemari, pada persepsi awal anak perempuan ini terlihat seperti anak pada umumnya yang senang bermain, namun ternyata setelah masuk voice over dari sang ibu yang menjelaskan bahwa anaknya dua minggu lalu terdiagnosa menderita ADHD.

Terlihat dari framing anak penderita ADHD ini tidak stabil dan begitu cepat cut to cut setiap gambarnya, menggambarkan bahwa dunia menjadi upside-down karena kenyataan yang dihadapi oleh sang ibu yang baru saja mengetahui kondisi sebenarnya dari anaknya. Begitu pula ketika framing wawancara sang ibu yang begitu dekat dan penuh, menggambarkan bagaimana tertekannya sang ibu ketika menceritakan dan mengetahui kondisi anaknya yang memiliki kondisi ADHD yang terbilang cukup serius.

Gambar 3: Ibu dari anak pengidap ADHD sejak usia 1 tahun, Menit 06:02 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 3: Ibu dari anak pengidap ADHD sejak usia 1 tahun, Menit 06:02 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 4: anak pengidap ADHD sejak usia 1 tahun, Menit 06:40 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs
Gambar 4: anak pengidap ADHD sejak usia 1 tahun, Menit 06:40 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs

Sejak usia 1 tahun anak ini sudah didiagnosa menderita ADHD. Anak ini begitu responsif ketika berinteraksi dengan oranglain, seperti ibunya, ayahnya, dan juga adiknya. Berbedaan pada pergerakan kamera dan juga framing kamera, peregerakan kamera tidak seintens narasumber sebelumnya dan framing dari sang ibu yang tidak seketat sebelumnya, menggambarkan bahwa sang ibu lebih terbiasa dengan kondisi yang dia jalani.

Gambar 5: Pria pengidap ADHD yang sudah bisa mengendalikan dirinya dan berbaur dengan masyarakat, Menit 12:05 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 5: Pria pengidap ADHD yang sudah bisa mengendalikan dirinya dan berbaur dengan masyarakat, Menit 12:05 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Gambar 6: Roler Coaster yang merepresentasikan kehidup yang dilalui pengidap ADHD, menit 13:13 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 6: Roler Coaster yang merepresentasikan kehidup yang dilalui pengidap ADHD, menit 13:13 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Representasi perjalanan hidup seorang pengidap ADHD dengan penggambaran roler coaster sangat menggambarkan apa yang diceritakan oleh sang pria, mulai dari kesulitannya beradaptasi hingga dia harus melawan dirinya sendiri agar bisa menjadi seseorang yang dapat berbaur dengan masyarakat. Kemudian framing wawancara sang pria lebih lebar dan semakin luas lagi, tidak terkesan tertekan seperti dua narasumber sebelumnya.

Gambar 7: Pengidap ADHD yang menjadi instruktur renang, menit 07:46 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 7: Pengidap ADHD yang menjadi instruktur renang, menit 07:46 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Pengidap kali ini bahkan berhasil menjadi seorang instruktur renang. Padahal seperti yang diketahui bahwa seorang pengidap ADHD lebih sulit dalam menyusun kegiatan dan sering kehilangan fokus, namun dengan pengidap ini yang berhasil melewati batasan ini, hal ini adalah hal yang sangat baik dan hebat.

Terlihat dari framing yang ditunjukan bahwa pengidap ini sudah tidak tertekan dan lebih leluasa dalam berakivitas dalam kesehariannya, dan grading warna biru cukup mendukung dengan menggambarkan kesan tenang dan aman yang dimana titik tersebut sudah berhasil diraih oleh sang pengidap ini.

Gambar 8: Pengidap ADHD yang menjadi Instruktur renang (2), Menit 07:54 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 8: Pengidap ADHD yang menjadi Instruktur renang (2), Menit 07:54 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Gambar 9: Anak-anak bermain di kolam berenang, Menit 14:53 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 9: Anak-anak bermain di kolam berenang, Menit 14:53 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Gambar 10: anak perempuan sedang bermain di Pantai, Menit 15:22 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)
Gambar 10: anak perempuan sedang bermain di Pantai, Menit 15:22 (https://youtu.be/yRYl9Bf0yhs)

Dalam film ini banyak menampilkan scene yang berdeketan dengan air. Air sendiri memiliki pemaknaan sebagai elemen alam yang paling tenang, jika dihubungkan dengan bahasan film ini menjelaskan tentang pengidap ADHD yang super aktif memang cukup bertentangan, namun menurut penulis munculnya scene-scene yang berhubungan dengan air justru menandakan bahwa ketenangan dari air lah yang ingin dicapai baik oleh orangtua dari pengidap ADHD maupun dari pengidapnya itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun