Mohon tunggu...
Saad AhyatHasan
Saad AhyatHasan Mohon Tunggu... Relawan - Full-time father. Part time web developer and blogger.

Menulis untuk berpikir dan berbagi pemikiran. Bisa ditemui di kamuitubeda.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Regenerasi Petani: Memaksimalkan Peran Pendidikan dan Teknologi

22 Mei 2019   23:05 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:24 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: http://www.fao.org

Pertanian merupakan salah satu tonggak paling penting dalam  keberlangsungan sebuah negara. Karena pertanian menyangkut kebutuhan  hidup paling mendasar dari manusia sebagai penduduk negara, yakni  makanan. Maka dari itu, tidak mengherankan jika salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah negara adalah ketika tidak ada lagi warganya yang kelaparan. 

Tapi sayangnya meskipun semua sepakat bahwa pertanian merupakan salah satu pondasi paling penting dalam keberlangsungan sebuah negara, hampir semua negara mengalami masalah yang sama terkait pertanian, yakni minimnya minat generasi muda kepada pertanian.

Berdasarkan publikasi FAO, usia rata-rata petani di seluruh dunia adalah 60 tahun. Bahkan di negara-negara seperti Afrika yang notabene 60% persen penduduknya merupakan para pemuda dengan usia di bawah 24 tahun pun sama. Usia rata-rata petani sekitar 60 tahun. Ini merupakan bukti bahwa tantangan utama bagi industri pertanian di abad 21 ini adalah minimnya minat generasi muda untuk menjadi petani. 

Di Indonesia sendiri, hanya duabelas persen petani yang berumur di bawah 35 tahun (BPS 2013). Dua belas persen adalah angka yang sangat sedikit untuk mempersiapkan keberlanjutan pangan 20 tahun lagi. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin beberapa puluh tahun ke depan kita akan kehabisan petani. Yang kemudian mengakibatkan kurangnya stok makanan dan maraknya kelaparan. Karena berdasarkan prediksi dari PBB, jika tidak ada perubahan yang signifikan, pertanian di Indonesia akan terus mengalami penurunan sampai tahun 2050.

Maka dari itu, perlu ada gebrakan dan inovasi untuk menarik minat generasi muda kepada industri pertanian. Setidak-tidaknya ada 2 pendekatan yang harus dilakukan secara serentak untuk menyelesaikan masalah minimnya minat generasi muda kepada industri pertanian.

1. Pendekatan Melalui Pendidikan

sumber gambar: inhabitat.com
sumber gambar: inhabitat.com

Pendekatan pertama yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat generasi muda kepada industri pertanian adalah melalui pendidikan. Karena salah satu cara paling paling efektif untuk mengenalkan pertanian secara komperhensif dan masif ke seluruh penjuru negeri adalah melalui pendidikan.

1.1. Memasukkan Pertanian ke Dalam Kurikulum Pendidikan

Salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan minat dan pengetahuan generasi muda kepada dunia pertanian adalah dengan memasukkan kurikulum pertanian. Khususnya di daerah dengan potensi pertanian yang sangat besar.

Kurikulum pertanian ini nantinya dibuat berjenjang. Mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA. Salah satu contoh kurikulum pertanian yang sangat komperhensif adalah kurikulum pertanian oleh departemen pertanian pemerintah Nevada. Dengan adanya kurikulum yang berjenjang, harapannya anak-anak akan lebih mengenal pertanian dan semakin terbiasa untuk bertani sejak kecil. Meskipun dalam lingkup yang sangat sederhana.

1.2. Memaksimalkan Peran SMK Pertanian

sumber gambar: antarafoto.com
sumber gambar: antarafoto.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun