Kemajemukan bangsa Indonesia yang lahir dari sejarah perjalanan kebangsaan yang sangat panjang 425 tahun sampai dengan saat ini, dan saat ini sedang 'TERUSIK' meradang oleh tingkah laku antar elite bangsa yang dalam "KOMPETISI" politik dengan tidak di sadarinya membawa-bawa 'AGAMA' ke dalam visi dan misinya, karena sudah tak ada lagi amunisi kesejahteraan dalam merebut perhatian publik.
Membawa 'AGAMA' di rasa lebih afdol akan keterpilihannya dalam kompetisi di 'arena' politik publik yang mayoritas dalam kalkulasi jumlah 'MASYARAKAT AGAMA' , padahal agama bukanlah dagangan politik, dagangan politik adalah membuatkan program strata ekonomi bagi pemberdayaan kesejahteraan rakyat yang sedang bergulat dengan keberadaan lapangan kerja yang sampai keluar negeri mencari pekerjaan pria, wanita dan ibu-ibu bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi yang di perlukan.
Angin sorga yang di kembangkan oleh elite bangsa yang berpolitik tak di sangka meraup keuntungan yang diharapkan. Walau krisis sosial yang terjadi terasa dan dirasa 'TAK DIHIRAUKAN' di anggap sebagai masalah sosial yang memang harus ada. Ach sungguh 'PEKOK' alam pikiran elite bangsa yang sedang berpolitik.
Manakala bola salju "KRISIS SOSIAL ATAS AGAMA" terus menggelinding sesuai berjalannya waktu, maka bermuara pada diskursus atas 'KHILAFAH' adalah perintah 'AGAMA' dan/atau pancasila 'SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BERBANGSA DAN BERNEGARA' menjadi tergerus, bagai peristiwa bencana alam 'LINGSOR DARI BUKIT' yang mengubur anak bangsa oleh tingkah polahnya elit bangsa yang sedang naik syahwat politiknya.
Dan mulailah di kampanyekan BHINAKE TUNGGAL IKA dan KHOHESI SOSIAL KEBANGSAAN, sangat jelas ini yang adalah akibat syahwat elit politik bangsa itu sendiri.
74 tahun Negara Kesatuan Reoublik Indonesia ini menapaki kemerdekaannya untuk melengkapi cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam preambule proklamasi 17 agustus 1945 dan menjadi diskusi nasional yang berulang-ulang tetapi syahwat politik elite bangsa juga berulang-ulang melakukannya kembali dengan tidak ada perthobatan dan untuk terus menggunakan 'TOPENG AGAMA' dalam memenuhi kebutuhan orgasme politik yang menghasilkan 'NIKMAT BERKEPANJANGAN'.
Akhirnya konstitusi pasal 33 yang menyatakan "PEREKONOMIAN DI SUSUN BERDASARKAN USAHA BERSAMA BERAZASKAN KEKELUARGAAN" diberangus dengan langkah-langkah : KONGKALINGKONG, KOLUSI, KORUPISI, NEPOTISME, KARTEL, OLIGARKI, FACIS dan segala macam spekulasi MAFIA yang menggerogoti SUMBER DAYA ALAM INDONESIA serta MEMARJINALKAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA.
Sugguh tidak ada lagi Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia, Kebangsaan Yang Adil dan Beradab, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Mereka semua elite bangsa akhirnya menderita GONOERHU stadium 4 bersama-sama, yang memerlukan perawatan khusus dengan jadwal kematian yang sudah ditetapkan, tetapi 'BAKTERI' nya sudah mewabah kesegala lapisan masyarakat indonesiadan di setiap HARI BESAR KEAGAMAAN masyarakat seolah gamang UNTUK SALING BERTEGUR SAPA SESUAI DENGAN ETIKA MASYARAKAT YANG BERADAB APALAGI PAKAI PANCASILA .... O oh indonesia ku sayang .... Indonesia ku malang