Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Seorang Nenek untuk Cucunya yang Patah Hati

9 April 2010   19:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_114967" align="aligncenter" width="224" caption="Funky Granny"][/caption]

...

...

...

Cucuku yang kucinta, pujaan hatiku,

.

nenek dengar engkau sedang putus cinta, Cu. Ibumu bercerita engkau kini jadi mudah marah, tak doyan makan, tak bercukur dan malas mandi. Katanya lagi, hampir saban hari kerjamu cuma tenggelam dalam game Final Fantasy, komik silat, kadang buku primbon, kadang Kazantzakis dan Byron, sambil mulutmu menganga. Engkau merokok sekencang knalpot Metromini. Ditegur perkara rokok, engkau malah menjawab biar saja, bodo amat, ikan asin saja diasapi malah jadi awet…. Astaga, itu tak elok, Nak. Macam Si Malin Kundang saja tingkahmu. Hentikanlah merokok, sebab Sampoerna sudah dibeli Philip Morris Amerika.

.

Cucuku, nenek sangat menaruh keprihatinan pada perasaanmu. Nenek telah hidup cukup lama untuk tahu rasa sakit akibat putus cinta. Jadi nenek bisa memaklumi sikap-sikap kacaumu. Tapi engkau jangan lantas kesal bila banyak orang jadi ikut kesal pula melihatmu membleh begitu. Bagi ibumu, menyaksikan anaknya selalu murung di rumah adalah ibarat menemukan sebutir eek kucing di ruang tamu.

.

Nenek hanya ingin menyarankan, janganlah engkau ijinkan dunia menontonmu ambruk karena putus cinta. Malu, Cu. Laki-laki itu selayaknya sanggup menahan-nahan hati. Jikapun engkau masih tetap ingin mengamuk, maka mengamuklah sendiri tanpa siapa pun tahu. Toh engkau bisa cari kebun pisang yang barusan panen. Engkau bacok-bacoklah semua batang tegak di sana. Nah, itu jauh lebih terhormat dan berguna.

...

...

Cu, ijinkan nenekmu yang renta ini mengajarimu hal-hal sepele satu kali lagi. Bukan karena kuanggap engkau masih kecil dan butuh petuah, Cu. Tetapi justru karena nenek merasa engkau cukup dewasa untuk mencerna. Di usia nenek ini, apalah lagi yang bisa nenek lakukan pada engkau selain memberi wejangan? Nenek sudah tak kuat untuk membuai apalagi menggendong, sebab badanmu kini sebesar kingkong. Untuk menjitak kepala bekas pacarmu…tentu saja tidak mungkin. Selain bersifat kriminal, tindakan itu hanya akan mempertegas kelemahanmu di hadapannya. Konon, hanya orang lemah yang mudah marah. Kalau ketahuan marah, gengsi dong, Cu. Gengsi kadang mesti dikedepankan. Dalam dosis yang moderat, ia bisa jadi sumber energi yang ramah lingkungan. Air mata sedih, air mata marah, hanya akan meloyokan tubuhmu dengan cepat. Pahamilah, cucuku sayang.

.

Cucuku yang tampan, tidakkah masih engkau kenang pesan almarhum kakekmu, bahwa hidup ini rangkaian petualangan?

.

Bayangkan engkau sedang naik gunung, Cu. Di sana engkau niscaya menemui jalan setapak yang bercabang-cabang. Dan engkau sedang sampai di simpang berkelindan ini. Engkau bingung memilih jalan mana hendak dititi.

.

Alih-alih cerewet, anggaplah nenek sebagai orang yang kebetulan telah lebih dahulu melewati banyak cabang pendakian. Kini nenek turun bukit sejenak ke tempat engkau berdiri linglung, lalu memberi sedikit ikhwal mengenai jalan-jalan di hadapan engkau. Nenek akan bilang, jalur yang kiri ini melandai namun menyempit. Yang kanan menanjak tajam, menyingkat waktu tapi kadang engkau jumpai induk harimau. Sedang yang tengah, kendati penuh semak duri yang memaksamu merangkak, ia mengarah pada mata air tersembunyi dan pemandangan terbuka yang indah. Macam itulah, cucuku yang gagah.

...

...

Sungguh, jalur bercabang itu wajar; sama wajarnya jika dalam perjalanan ini sandalmu putus atau sol sepatumu lepas. Kadang bekal makanmu raib digondol kucing hutan. Malam hari bisa jadi begitu dinginnya hingga kepalamu mengerut gemetaran.

.

Engkau pernah menjadi pribadi yang begitu kuat dan selalu membanggakan nenek selama ini. Mengapa pula kali ini engkau tak menjadi orang yang sama?

.

Adalah engkau sendiri yang pernah berkata dengan yakinnya: dunia ini adalah habitat yang alami untuk rasa sepi, sakit dan kehilangan. Pikir secara klise, Cu. Yang sederhana saja. Sesungguhnya, memang untuk menghayati sakit, sepi dan kehilangan-lah hidup engkau itu dijalankan. Tragedi-tragedi itu tidak mungkin terhindarkan, Cu. Terimalah. Engkau ini manusia, Cu. Manusia! Tak sadarkah engkau, betapa dahsyatnya kita dilahirkan sebagai manusia? Jika engkau memang tak dikehendaki mengalami tragedi, tentu engkau dikirim ke dunia dalam bentuk iguana.

.

Nah, kau berani menempuh jalur berkelindan, bukan? O, kau cucuku nan hijau…dahulu, doberman tetangga pun meringkuk jeri melihat engkau menyeringai. Kini, terhadap rasa sakit itu, tunjukkanlah cengiranmu nan aduhai.

.

Cucuku, bila engkau bersedia menerima beban-beban itu, engkau akan baik-baik saja. Engkau tak perlu lari dari apa pun, atau bersembunyi dari dirimu sendiri. Tinggalkan saja titik percabangan itu berikut sandal jepitmu yang terputus tadi. Tak masalah jalan mana yang engkau pilih. Semuanya berhulu di atap gunung, Cu. Yang terpenting ialah engkau tetap melanjutkan ziarah ini tanpa sedih dan marah. Engkau harus ringan hati agar dapat menikmati kemurnian udara dan keindahan-keindahan yang dibentangkan. Bercandalah dengan cicak, buaya, kebo, dan monyet-monyet yang bergelantungan.

.

Ambillah teladan pohon petai, Cu. Ia memasak racun-racun karbon dari udara dan dari dalam tanah, bersama-sama dengan sinar mentari, menjadi sumber gizi berupa buah surgawi yang nikmat belaka tapi balado-nya dijual mahal di rumah makan Sederhana. Royal amat 'tu restoran.... Nah, kau lakukanlah petainisasi juga. Kesedihan dan kemarahan itu dapat engkau arahkan, engkau ubah sedemikian rupa menjadi sumber tenaga. Engkau bisa bekerja keras dengan tenaga yang engkau peroleh itu. Kelak jika engkau hendak menjual diri pada dunia, hargamu akan lebih tinggi di atas rata-rata.

.

Andai engkau mengikhlaskan datangnya segala yang pedih, menerimanya secara santai dan terbuka, engkau tak perlu cengeng menyebut-nyebut Tuhan. Ada begitu banyak orang di jaman engkau---yang katanya maju ini---hobi menghubungkan seluruh detil pengalaman hidup mereka sebagai kehendak-Nya melulu. Dalam situasi yang sedang kau alami ini, mereka akan bilang, “O Tuhan, hamba tak dapat hidup tanpa dia. O Tuhan, hamba mencintainya; mengapa Kau pisahkan kami? O Tuhan, mengapa hamba tak dapat melupakannya? Oh Tuhan, terima kasih telah Kau ijinkan hamba mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, sebelum kami melangkah ke tahap yang lebih jauh. Oh, ah…”.

.

Percayalah, cucuku, bila engkau terus-terusan merapalkan kalimat-kalimat itu, engkau akan terlihat lebih cantik daripada penyanyi pop pemuja rintihan. Kau juga akan terciprat pertanggungjawaban karena makin-makin-makin membuat nama-Nya mengalami inflasi.

.

Bahkan seekor ayam pun memahami bahwa segala sesuatu terjadi dalam kuasa pengetahuan-Nya, Cu. Engkau tak perlu sekolah tinggi-tinggi hanya untuk mengulang-ulang semboyan motivasi jika engkau sendiri tak berusaha memahami intinya lebih dalam. Memang, tidak ada yang melarang orang untuk menghibur diri dengan sugesti-sugesti a la lirik lagu pop, sayangku. Tuhan memang senantiasa mengambil peran dalam kehidupan siapa saja. Itu tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi yakinlah, Cu, tanpa perenungan yang panjang, tanpa kesediaan mengakui penderitaan adalah fitrah sekaligus berkah bagi dunia, maka jargon-jargon itu hanya akan membuat engkau koslet. Engkau akan memikirkan sesuatu yang hatimu tak mampu terima; karena rasa sakit itu begitu nyata. Id, ego dan superego akan berantakan.

.

Ah, maaf. Nenekmu ini jika usai makan petai suka bicara macam ilmuwan.

.

Cucuku budiman, Tuhan telah memberi begitu banyak kepada engkau. Engkau harus punya sedikit rasa sungkan bila merengek-rengek melulu, meminta penghiburan dan memohonkan segala sesuatu yang sebetulnya sanggup engkau perjuangkan sendirian. Buatlah Dia bangga, Cu. Menjadi kuatlah, supaya Dia melihat makhluk ciptaan-Nya ini ternyata memang tidak seringkih yang setan kira.

.

Atau jika engkau memang cukup dermawan, biarkan Dia lebih dahulu memprioritaskan permohonan-permohonan yang lebih gawat dari Sidoarjo dan Timika. Dari Baghdad, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Mereka jauh lebih butuh didengarkan ketimbang racauan sendumu yang minta dikasihani gara-gara perkara cinta-cintaan doang, bukan?

.

Pokoknya, Cu, pada intinya nenek tak hendak jadi panduan praktis bagimu. Tak akan memberi rumus ABC, atau memberitahu detail apa saja yang engkau harus lakukan pada dirimu. Jika nenek melakukannya maka nenek pasti akan terlihat macam buku-buku psikologi-motivasi. No way, Cu. No way. Manusia berbeda dari mesin giling yang butuh buku panduan operasi. Segala kiat sebenarnya sudah berada lengkap di dalam kepalamu, namun tersembunyi. Tugasmu mencari.

.

Engkau masih muda. Jauh di atas eksosfer sana, di ruang yang amat dingin dan  hampa, trilyunan bintang-bintang yang nyaris setua jagad raya masih meledak dan menyala-nyala. Masa engkau mau padam sebelum waktunya?

.

Maka kini engkau harus bangkit. Engkau mesti memperbarui iramamu kembali. Kata ibumu, anjing-anjing dan kucing-kucing di rumah telah tiga hari tidak engkau beri makanan jatah sampai-sampai mereka kalap menerkam bebek goreng bahkan yang sedang dikunyah di mulut tetangga sebelah.

.

Hanya itu saja yang ingin nenek sampaikan. Tiada harapan apapun lagi dari nenek kecuali untuk melihat engkau memenangkan perang melawan kecewa. Nah, kini nenek hendak kembali berlatih main hulahop, cucuku sayang. Doakan agar nenek besok menang dalam pertandingan tujuhbelasan.

...

.

I love you; with all my heart. Wasalam.

.

***

...

...

...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun