Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Even If They Bribe Me a Million Dollar I Won't Ever...

24 Januari 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

  • Satu, jadi bintang iklan mie instan. Alasannya: Ogah berpartisipasi bikin orang sakit raganya. Walau selama ini memang belum bisa memenuhi janji tak akan bikin orang lain sakit hatinya, at least ada jalan lebih mudah dan lebih berbau-bau fisika. Berhubung mie instan memang didominasi adonan pewarna, pengembang, penyedap dan pengawet yang di-mie-in sedikit, objek tersebut sudah cukup jadi momok yang layak dijauhi secara ideal. Konon ente makan, durasi hidup di dunia berkurang. Dan alasan yang jauh lebih ideal lagi adalah bahwa hal ini sangat gampang dilaksanakan karena tiada agen advertensi yang bakal menawarkan ini ’kerjaan.
  • Dua, menyiksa kucing. Saya menaruh hormat pada Abu Hurairah (yang mana nama "Hurairah" tersebut harfiahnya: kucing). Tetangga saya di Semarang dulu ada yang suka menyiksa hewan ini. Kucing garong yang nakal ditangkapnya, lalu dikurung dua hari sampai lemas, baru dilepas. Betul-betul kejam sekali. Kebetulan beberapa tahun kemudian si tetangga ini bangkrut sampai terpaksa jual rumah. Belum tentu ada hubungannya dengan kekejaman pada kucing, memang. Tetapi alam pikiran pribumi yang mistis tetap saja memengaruhi premis: Anda maniak, Anda pailit. Jadi monggo-silakan saja idealisme saya ini dinilai sebagai ujud perikehewanan, atau sekadar pemujaan pamali.
  • Tiga, menjual istri sendiri. Jangan berpikir jauh-jauh. Ini cuma gara-gara saya kemarin nonton trailer Indecent Proposal. Titik.
  • Empat, menipu dengan modus memberitahu anggota keluarga di rumah bahwa kepala keluarganya mengalami kecelakaan di jalanan, kini tergolek di UGD, dan butuh dana segar segera untuk biaya operasi. Jika tidak, maka risikonya "lewat". Saya beberapa saat lalu sudah melihat sendiri dampaknya. Tetangga saya di Ciganjur, seorang ibu-ibu muda, dikabari demikian pada suatu malam. Betapa dia remuk mendengarnya. Tanpa konfirmasi apa pun, dia menjerit-jeritkan klaim kepada Gusti bahwa dia tak punya uang sebanyak yang diminta ”pihak rumah sakit”. Menangis sekeras-kerasnya tanpa kontrol sampai semua tetangga berdatangan. Anaknya yang masih kecil ikut menangis juga. Seluruh nenek-nenek dalam radius 100 meter dari TKP ikut gemetaran. Sampai akhirnya, karena kebetulan nomor utamanya sedang tak aktif, para tetangga jualah yang mencari kejelasan lanjutan, berusaha menghubungi nomor kantor dan telefon genggam sekunder-tersier si ”korban kecelakaan”, hanya untuk menyingkap bahwa ternyata yang bersangkutan ini sehat wal afiat belaka tanpa kehilangan selembar bulu pun; namun malah menyikapi kekhawatiran tetangganya dengan sangat culun. Halah bisa-bisaan aje lu, Dann. Lu mah nyumpahin gue jatoh dari motor, ye. A-ha-ha-ha-ha…monyong lu, ah---katanya di telefon tanpa ngeh sama sekali kalau anak-istrinya di rumah sudah di ambang pingsan.

.

Untuk sementara, Saudara-saudariku, empat idealisme buta itu saja yang bisa saya pegang seperet-peretnya. Empat; terasa keren biar kaya kuatrain, permainan-kartu-kuartet, atau jumlah personel Trio Macan*.

.

***

.

.

.

*Ahmad Dhani nyang tukang jogednya. Taaaar-riiik....

.

12958681111205891506
12958681111205891506

.

-gambar diambil dari sini dan sana-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun