Mohon tunggu...
Rzkrachmaa
Rzkrachmaa Mohon Tunggu... Freelancer - Hello, selamat datang di halaman kompasianaku, selamat membaca~

Temukan saya di instagram : @rzkrachmaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Suka Makan Kerikil, Kertas, atau Kapur? Waspada Mengidap Pica Syndrome

24 November 2019   21:59 Diperbarui: 24 November 2019   22:09 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anda pernah menyaksikan orang yang memakan makanan yang tidak lazim di makan oleh manusia seperti kapur, pasir, remahan dinding, tisu dan lain lain. Bisa jadi orang tersebut adalah penderita Pica Syndrome, yaitu gangguan pola makan yang aneh.

Pica syndrome dapat terjadi pada anak-anak, remaja bahkan orang dewasa. Penderita pica synrom ini biasanya memakan makanan yang tidak masuk akal dan tidak lazim di makan oleh manusia pada umumnya. Pica syndrome sering terjadi kepada anak anak.

Pica syndrome ini masih belum dapat di ketahui dengan jelas penyebabnya hingga saat ini. Tetapi ada peneliti yang menduga bahwasanya penderita mengalami kekurangan zat besi yang memicu munculnya pola makan tersebut. Penderita syndrome pica ini biasanya sering makan batu bata, pensil, es, cat, lumpur, daun bahkan kotoran hewan.

Tidak hanya anak anak Pica syndrome ini dapat terjadi pada ibu yang sedang mengandung, terutama yang mengalami gangguan psikologis. Pica syndrome juga bisa terjadi pada orang yang sedang diet. Selain itu juga sebanyak 15 sampai 30 persen anak anak   juga dapat mengalami syndrome ini. Penderita Pica syndrome ini merasakan tekstur atau rasa baru yang di dapat membuat mereka ketagihan.

Syndrome pica ini tidak ada gejala dan tanda tandanya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tes untuk mengetahui kandungan besi yang ada didalam tubuh. Meski anak anak biasanya memang sering memasukkan sesuatu apapun kedalam mulutnya sebagai orangtua harus selalu mengawasi dan waspada jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan.

Untuk mengobati penderita syndrome pica ini di butuhkan penanganan menyeluruh, yang mulai dari lingkungan yang mendukung, Pendidikan perilaku, pendekatan keluarga dan pemberian punishment atau hukuman yang cukup efektif. Penderita syndrome pica ini membutuhkan seorang terapis yang dapat membantu meringankan secara perlahan lahan agar syndrome dapat diatasi.

Jika penderita sudah mengalami penyakit mental atau gangguan perlu adanya penggunaan obat obatan. Beberapa kasus, gangguan atau ketidaknormalan pola makan ini dapat hilang dan sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada kasus lain justru sebaliknya Syndrome ini dapat berahan hingga penderitanya sampai usia remaja bahkan sampai dewasa.

efek dan komplikasi yang di timbulkan yang sering terjadi adalah masalahh pencernaan, keracunan, infeksi dll.

Di antara beberapa budaya yang percaya bahwa dengan memakan benda benda tertentu kedalam mulut dapat menghasilkan kekuatan magis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak anak yang mengkonsumsi tanah liat lebih bagus dalam mengatasi gejala sakit saat pagi hari.

Penyebab pica syndrome pada anak anak adalah karena anak anak ingin mengetahui suatu tekstur atau rasa suatu benda yang kemudia di dimasukkan kedalam mulut mereka. Penyebab lain syndrome ini dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin dan mineral zinc. Waktu seseorang yang dapat dikatakan mengalami syndrome pica ini jika sudah mempunyai kebiasaan makan yang tidak normal lebih dari satu bulan lamanya.

Jika pada anak, penyebabnya dapat dikarenakan kurangnya perhatian dan pengawasan dari orangtua terhadap kebiasaan yang dilakukan oleh anaknya. Kondisi keuarga yang tidak harmonis juga dapat memicu perilaku tidak normal bagi anak. Pada awalnya, hal ini dapat dikarenakan ketidaktahuan anak saat mengonsumsi benda benda atau sesuatu yang tidak seharusnya di konsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun