Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"La Casa de Papel": Sejumput Ode dan Alegori Perlawanan

18 April 2020   16:59 Diperbarui: 19 April 2020   18:11 3873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profesor dan Berlin alias Andres (diperankan oleh Pedro Alonso) | Credit: IMDb/Netflix

Bukan soal konflik cinta dan segala rupa romansanya, bukan. Tapi soal kudeta dan perebutan kekuasaan di dalam tubuh anggotanya sendiri. 

Di sisi yang tersembunyi, kadang-kadang tokoh Profesor pun menunjukkan watak penguasa; ia adalah tuhan dalam mikrokosmos, penguasa bidak catur dan ilmu pengetahuan.

Ini agak mengkhawatirkan, jangan sampai Profesor and the gang yang dipuji sebagai pahlawan rakyat malah tak mampu mengalahkan ego mereka sendiri. 

Jangan sampai tindakan Profesor ujung-ujungnya malah bernada politik praktis, hihi. Sebab, ya sebab, ia tokoh koentji dan mastermind dalam semesta serial ini (jangan heran kalau saya kebanyakan ngomongin Profesor).

Raquel Murillo (diperankan oleh Itziar Ituno) dan Profesor | Credit: IMDb/Netflix
Raquel Murillo (diperankan oleh Itziar Ituno) dan Profesor | Credit: IMDb/Netflix

Bicara soal posisi Profesor itu, kita bisa lihat bahwa kenyataannya La Casa de Papel masih bertumpu pada kekuatan tokoh sentralistik. Meski, ya, karakter dari tokoh-tokoh lain mewarnai keseluruhan cerita, tetapi sesungguhnya tak ada karakter yang benar-benar kuat -setidaknya sampai tulisan ini dibuat dan sudah 38 episode dirilis.

Saya nggak tahu, apakah tokoh sentralistik akan jadi kekuatan atau bumerang buat La Casa de Papel -selama masih banyak kemungkinan pengembangan karakter di musim selanjutnya, siapa yang tahu.

Dan hei, coba pikir, siapa sih yang tak 'jatuh hati' pada sosok Profesor?

Ya jenius, ya pemikir ulung, ya kritis. Terus juga kharismatik, serius, humanis. Lucunya ia punya stereotip karakter kutu buku -berkacamata tapi (untungnya) nggak culun. Ia juga kaku kalau menari (bukan tipikal cheerful) dan tuna-asmara (well, setidaknya sebelum jatuh cinta pada Raquel Murillo). Tapi tak cuma stereotip, ia juga punya perpaduan karakter bad-guy, penentang, dan licik.

Ia seperti perpanjangan tangan tuhan, merancang seluruh rencana perampokan dengan rapi hingga detail-detail terkecil. Profesor nyaris selalu punya back-up plan jika skenario yang diprediksinya gagal. Atau paling tidak, ia mampu mengimprovisasi dan membalikkan situasi dari hasil pemikirannya.

Profesor dengan cermat mempelajari psikologis para anggota geng, sehingga bisa leluasa mengatur dan memberi perintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun