Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Alasan Jokowi Genjot Pajak, Betulkah Krisis Ekonomi di Depan Mata?

3 Oktober 2019   12:12 Diperbarui: 4 Oktober 2019   18:13 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas.com | GARRY ANDREW LOTULUNG

Ini hadir dari keheranan saya saja, sepele memang. Pertama, heran ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) yang perkasa itu tiba-tiba mengampanyekan gerakan Yuk Nabung Saham sejak 2015, dan baru kedengeran gaungnya di medio 2017 hingga sekarang.

Kedua, Menteri Keuangan Sri Mulyani gencar menggenjot pendapatan negara lewat pajak. Pun di tahun yang berdekatan. Eranya Jokowi akan dikenal sebagai era genjot pajak. Tidak ada perusahaan yang bisa ngintil pajak seperti dulu lagi.

Kita masuk yang pertama dulu. Apa tujuan gerakan Yuk Menabung Saham?

Tujuan ya cuma satu: Menggaet sebanyak-banyaknya investor saham lokal. Biaya minimum beli sahamnya murah: Cukup seratus ribu! Dengan seratus ribu sudah bisa beli sahamnya PT Total Bangun Persada Tbk sebanyak 2 lot (1 lot = 100 lembar) saham yang harganya 480 rupiah per lembar (data per 23 Sept 2019), masih kembalian 4 ribu rupiah. Lumayan.

Pertanyaannya, kenapa baru 2015? Padahal Indeks Saham itu sudah ada sejak 1982. Naik pada era 90-an, jatuh di era 98 dan bangkit lagi di era 2000-an dan melesat selepas 2008.

Hitung saja sejak 2008 hingga sekarang. 11 tahun sudah, tapi gaung Menabung Saham baru muncul. Dulu ngapain aja?


Di bursa saham, dikenal istilah "investor domestik (lokal)" dan "investor asing", investor asing ini yang sering kita dengar jika ada berita IHSG turun akibat aksi jual asing (foreign net sell) atau aksi beli asing (foreign net buy).

Investor asing itu ya sesuai judulnya, bukan WNI, atau WNI yang memakai identitas asing. Parahnya, hampir semua berita soal naik atau turunnya saham itu karena aksi jual beli asing. Ya asing sedemikian kuat mencengkram Indonesia.

Ada istilah kita sedang dijajah ekonomi, itu gak salah-salah amat. Selama ini investor lokal cuma bisa melihat asing mempermainkan indeks saham kita.

Nah, dengan adanya tambahan investor lokal, Presiden Jokowi dan Pemerintah berharap kita bisa mem-balance pihak asing yang sedemikian kuat.

Masalahnya, saat ini kita sedang menghadapi yang namanya anomali ekonomi. Apa itu?

Ingat Michael Burry? Tokoh nyentrik di film The Big Short yang diperankan oleh Christian Bale. Di sana Michael sudah memprediksi terjadinya krisis moneter 2008 yang berdampak pada jatuhnya harga saham akibat kegagalan bayar (default) di bidang properti, dikenal dengan subprime mortage crisis.

Saat itu, sejumlah lembaga keuangan memberikan keringanan pinjaman (utang) properti kepada banyak orang yang sebenarnya tidak mampu bayar.

Ledakan pun terjadi, tahun 2008 raksasa keuangan Amerika Lehmann Brother bangkrut. Michael Burry yang sudah memprediksi ledakan itu, justru untung $2,7 Milyar. Dengan cara melakukan transaksi credit default swap dengan raksasa keuangan lainnya, Goldman Sachs sejak dari 2005.

Artinya, sejak 2005 Michael Burry sudah memprediksi jatuhnya pasar akibat kegagalan bayar tersebut. Dengan cara apa?

Salah satunya dengan melihat Inverted Yield Curve (IYC). IYC menurut investopedia adalah "kurva imbal hasil terbalik".

Gampangnya gini, jika kita ingin menabung deposito di bank, biasanya bunga deposito jangka panjang akan bernilai lebih besar dari bunga deposito jangka pendek, sehingga kita akan lebih tertarik untuk menaruh deposito untuk yang jangka panjang (lebih dari 10 tahun).

Nah, IYC ini menggambarkan kebalikan dari nilai bunga tersebut. Di mana bunga jangka pendek justru lebih besar dari bunga jangka panjang.

Di Amerika, bunga ini kita ganti namanya menjadi US Treasury Bond (Surat Utang Negara US). Di sinilah telah terjadi sebuah anomali di mana nilai bunga obligasi jangka pendek nilainya lebih besar dari nilai bunga obligasi jangka panjang.

Di Amerika, mereka merilis suatu tingkat suku bunga harian Treasury Bond dari jangka waktu 1 bulan hingga 10-30 tahun yang berubah setiap harinya. Saya coba rangkum dari web pemerintah US, Let see!

Data suku bunga harian Pemerintah US. Sumber: treasury.gov
Data suku bunga harian Pemerintah US. Sumber: treasury.gov
Dari tabel di atas, perhatikan periode Juli-1 Oktober 2019, di mana tingkat suku bunga jangka pendek (di bawah 1 tahun) lebih besar dari tingkat suku bunga jangka panjang (3-10 tahun).

Ini hal yang sangat jarang terjadi, di mana sejak 2015 tingkat suku bunga jangka pendek naik perlahan-lahan.

2015

2016

Dan tahun 2015 adalah tepat tahun pertama pemerintah merilis gerakan Yuk Menabung Saham. Termasuk pertama kalinya pendapatan Pajak mencapai lebih dari 1000 Trilyun

Mari kita lihat tabel selanjutnya, tabel US Treasury Spread dalam persen:

Sumber Gambar : Federal Reserve Bank of St. Louise
Sumber Gambar : Federal Reserve Bank of St. Louise
Mari kita fokus pada grafik yang jatuh di bawah 0%. Era akhir 80'an ketika terjadi oil price shock, yaitu kejadian surplus minyak mentah akibat krisis energi pada tahun 1973 dan 1979. Lalu kemudian awal era 2000'an, yaitu ketika pecahnya dotcom bubble, disusul di 2008 ketika subprime mortage crisis terjadi.

Dan sekarang mari kita lihat grafik 2015 menuju 2019. 

Mengapa bisa terjadi anomali demikian?

Ini disebabkan investor melihat profil jangka pendek Amerika (dan dunia) tidaklah bagus, akan ada gejolak. Maka mereka pun beramai-ramai mulai menjual bond jangka pendek dan menukar dengan bond jangka panjang.

Akibatnya, tingkat suku bunga jangka pendek naik (permintaan turun), dan tingkat suku bunga jangka panjang pun turun (permintaan naik).

Alasannya? Banyak, yang terbesar adalah perang dagang Amerika-China yang berlarut-larut, krisis Timur Tengah yang makin runyam dan bandelnya Ingggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Gini, sepertinya, pemerintah sudah melihat outlook jangka pendek dua negara gajah ini (Amerika dan China) sudah enggak sehat lagi, dan akan berpengaruh ke ekonomi dunia, Indonesia pasti kena imbas. 

Sumber foto: http://ekbis.sindonews.com
Sumber foto: http://ekbis.sindonews.com
Dan benar saja, sejak awal tahun 2019, di pasar reguler Investor asing terus membukukan aksi jual bersih (net sell) hingga lebih dari 10 trilyun rupiah.

Lantas kenapa IHSG justru masih stabil?

Itu karena ditopang oleh para investor lokal yang sudah mulai banyak dan didukung oleh para aktifis saham yang getol menyuarakan investasi saham/surat berharga.

Di situlah kejelian pemerintah dalam kampanye Yuk Nabung Saham dan genjotan pajak di mana Pemerintah menyiapkan cadangan "uang" sebanyak mungkin lewat setoran pajak. Jika suatu saat krisis itu muncul, harapannya program Pemerintah tidak mandek.

Tapi justru di situlah kekhawatiran saya bahwa sebetulnya pemerintah sudah memprediksi ekonomi global akan goyah. 

Karena anomali ini selalu hadir 1-3 tahun sebelum krisis terjadi. Dan saat ini, Presiden Jokowi melalui Sri Mulyani pun (mungkin) sudah memprediksinya sejak 2015. 

Lalu kapan krisis itu akan tiba? Tidak ada yang tahu pasti, bisa 2020, 2021 atau bahkan 2022, atau bisa jadi juga ekonomi tetap baik-baik saja dimana ini cukup jarang terjadi jika anomali di atas sudah terbentuk.

Lalu apa pemicu selanjutnya?

Pemicu selanjutnya adalah kondisi dalam negeri. Meskipun Presiden sudah ditetapkan pemenang, tetapi gelombang politik belum juga reda, bahkan terkait revisi UU KPK yang masih jadi polemik dan berpotensi ditunggangi pihak yang "penasaran".

Tiba-tiba pun Papua kembali bergejolak, sebuah runtutan fenomena yang seperti dibuat bahwa ekonomi Indonesia yang sedang membaik ini harus turun kembali.

So, jadi bersiaplah, winter is coming.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun