Tuhan menciptakan rasa cinta di dunia ini untuk menyeimbangkan perjalanan dunia, cinta  menjadikan malam gelap menjadi bercahaya meski tanpa bulan,dan siang  yang terik menjadi hangat.  Pernahkah terfikir oleh kita jika cinta kita harus dipertaruhkan dengan sebuah keimanan.
Mencintainya mungkin aku rasa hal yang mustahil aku lakukan, tapi entah mengapa aku sudah melakukannya. Â awal pertemuanku dengannya ketika aku mulai masuk perguruan tinggi di Surabaya, selama kami menjalani pendidikan karakter yang diadakan di jurusan, kami menjadi semakin dekat.
Entah mengapa aku harus dilibatkan dalam urusan yang menjengkelkan ini. Kenapa harus tiba-tiba sering memikirkannya, sedangkan masa kuliah ku masih terlalu dini untuk disebut mahasiswa?.
***
Hari itu hari pertama pendidikan karakter yang diselenggarakan jurusanku dimulai, takdir apa tuhan yang sedang kau sematkan padaku?. Aku dan Tan dipertemukan dalam satu kelompok, nama lengkap dia jonathan dia berasal dari Surabaya entah mengapa sejak aku bertemu dia dalam kelompok kami aku merasa dia orang yang berbeda dari mahasiswa lainnya.
***
Seperti biasa yang dilakukan saat pendidikan karakter, ketika malam kami dibangunkan kakak senior untuk mengikuti  jurit malam, kami di perintahkan untuk kumpul tiap kelompok, dan pada waktu itu peraturan yang dibacakan oleh kakak senior adalah bahwa tugas dari para mahasiswa adalah untuk menjaga para mahasiswi dalam kelompoknya. Kelompok kami terdiri dari 10 peserta 5 mahasiswa dan 5 mahasiswi,  pada saat itu aku ingat 3 teman mahasiswaku berjalan di barisan depan, dan 2 lagi dibelakang. Aku berada dibarisan ke-3 dari belakang sebelum 2 temanku yang bertugas menjaga dibarisan belakang.
***
udara kota Malang terlalu dingin jaket tebal sudah kami sematkan dibadan kami, hal yang membuatku sangat tesentuh dengan kebaikan Tan adalah ketika, dia membantuku melewati selokan di tepi jalan persawahan, dia mengulurkan tangannya dan mengatakan '' hati-hati rein jalannya". Kalimat yang membuatku sangat tersentuh ketika dia menunjukkan wajah gelisahnya saat meraih tanganku.
Pada saat kami mau memasuki pos selanjutnya, kami masih harus menunggu kelompok lain untuk mengambil lilin yang akan kami gunakan untuk menerangi jalan. Aaaa....... suasana malam di kota Malang begitu indah tanpa sadar kita sudah berada di atas perbukitan, aku duduk di tepi jalan sempit persawahan dan melihat kearah bawah yang begitu indah, lampu-lampu rumah penduduk becahaya dan berkelipan seperti kerumunan kunang-kunang sedang menari dibawah perbukitan, yang paling membuatku sangat menikmati keindahan malam itu adalah.... karena Tan ternyata duduk disampingku yang juga ikut melihat keindahan yang telah Tuhan ciptakan.
***