Mohon tunggu...
ryn be
ryn be Mohon Tunggu... Mahasiswa arsitektur

Mahasiswa arsitektur aja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Mangrove untuk Negeri: Kisah Kampung Berseri Astra Gunung Anyar Tambak

25 September 2025   15:43 Diperbarui: 25 September 2025   15:43 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mangrove Gunung Anyar 

"Bisakah sebuah kampung kecil di pesisir Surabaya mengajarkan kita arti menjaga bumi sambil tetap sejahtera?"

Pertanyaan itu terjawab lewat perjalanan Kampung Berseri Astra (KBA) Gunung Anyar Tambak, sebuah komunitas yang berhasil mengubah wajah kampung pesisir menjadi ruang hidup yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.

Latar Belakang: Hidup di Tepi Kota, Dekat dengan Ancaman

Gunung Anyar Tambak adalah sebuah kawasan pesisir di Surabaya Timur. Letaknya berada di tepi Selat Madura, berbatasan langsung dengan tambak-tambak ikan bandeng dan udang. Sekilas, kampung ini terlihat biasa saja. Namun sebelum 2016, kehidupan warga diwarnai tantangan yang tidak ringan.

Setiap musim hujan, banjir rob datang menggenangi rumah-rumah warga. Abrasi laut menggerus lahan tambak sedikit demi sedikit. Belum lagi sampah plastik yang menumpuk di pesisir, terbawa arus dari sungai-sungai kota. Lingkungan menjadi kotor, bau, dan tidak sehat.

"Dulu kalau ada tamu datang, kami sering malu. Jalan becek, sampah nyangkut di pohon, dan anak-anak sering sakit kulit karena main di air kotor," kenang Slamet Santoso (52), seorang nelayan yang sudah tinggal di kampung itu lebih dari 30 tahun.

Masalah ekonomi juga menghimpit. Hasil tangkapan ikan dan udang tidak menentu. Penghasilan keluarga rata-rata hanya sekitar Rp1,2--1,5 juta per bulan, jauh dari cukup untuk kebutuhan hidup di kota besar seperti Surabaya. Banyak anak muda merasa tidak ada masa depan di kampung, hingga memilih merantau ke kota.

Hadirnya Kampung Berseri Astra

Perubahan mulai terasa ketika PT Astra International Tbk masuk lewat program Kampung Berseri Astra (KBA) pada 2016. Astra datang bukan sekadar memberi bantuan, melainkan membangun sistem yang menyentuh empat pilar utama: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.

Di Gunung Anyar Tambak, fokus pembinaan lebih banyak diarahkan pada lingkungan dan ekonomi pesisir. Langkah-langkah konkrit pun dijalankan:

* Rehabilitasi Mangrove

Warga diajak menanam ribuan bibit mangrove di sepanjang garis pantai. Dalam lima tahun, lebih dari 20.000 bibit berhasil ditanam. Akar mangrove tidak hanya menahan abrasi, tapi juga menjadi habitat ikan dan kepiting.

* Bank Sampah & Edukasi Lingkungan

Astra mendirikan bank sampah sederhana yang dikelola warga. Ibu-ibu dilatih memilah sampah rumah tangga. Plastik dikumpulkan, dijual, bahkan sebagian diolah menjadi tas dan kerajinan. Dalam sebulan, rata-rata 1 ton sampah plastik berhasil dipilah dari kampung.

* Wisata Edukasi Mangrove

Dengan dukungan Astra dan pemerintah kota, dibangun jalur tracking kayu sepanjang 800 meter di tengah hutan mangrove. Kini, Gunung Anyar Tambak dikenal sebagai Ekowisata Mangrove Surabaya, yang tiap bulan dikunjungi ratusan wisatawan, pelajar, dan peneliti.

* Pelatihan UMKM

Astra juga melatih warga, khususnya ibu rumah tangga, untuk mengolah hasil laut. Produk seperti abon ikan bandeng, kerupuk udang, dan bandeng presto menjadi andalan. Ada juga batik eco-print dengan pewarna alami dari mangrove.

"Dulu kami hanya tahu menjual ikan mentah. Sekarang, dengan pelatihan, kami bisa bikin produk olahan yang nilainya lebih tinggi. Pendapatan keluarga saya naik jadi sekitar Rp2,5 juta per bulan," cerita Suyanti (39), pelaku UMKM olahan bandeng.

Ruang Hidup yang Berubah

Hanya dalam beberapa tahun, wajah kampung ini berubah drastis.

1.Lingkungan Lebih Sehat

Mangrove yang dulunya gundul kini tumbuh rapat. Sekitar 50 hektare hutan mangrove berhasil direhabilitasi. Air laut lebih jernih, udara lebih segar, dan burung-burung migran kembali singgah.

2.Ekonomi Lebih Baik

Produk UMKM warga kini tidak hanya dijual di sekitar kampung, tapi juga ikut dipamerkan di bazar kota Surabaya. Wisata edukasi mangrove mendatangkan pengunjung hingga 2.000 orang per bulan pada musim liburan. Rata-rata penghasilan keluarga naik 20--40% sejak program ini berjalan.

3.Pendidikan & Kesadaran Anak Muda

Setiap akhir pekan, anak-anak sekolah ikut belajar menanam mangrove. Mereka dikenalkan dengan ekologi pesisir sejak dini. "Sekarang anak saya lebih paham menjaga alam daripada saya dulu," kata Lina (34), seorang ibu rumah tangga sambil tersenyum bangga.

Sudut Pandang Arsitektur: Ruang Sosial yang Hidup

Dari perspektif arsitektur, transformasi ini tidak hanya menyangkut bangunan fisik, melainkan juga bagaimana ruang sosial terbentuk dan dimanfaatkan kembali.

*Mangrove sebagai "dinding alami"

Akar mangrove menahan ombak layaknya dinding penahan tanah. Bedanya, mangrove tidak kaku, melainkan hidup, tumbuh, dan memberi manfaat ekologis.

*Jalur tracking kayu

Dibangun dengan desain sederhana, jalur ini memberi akses ke hutan mangrove. Bagi warga, jalur itu bukan hanya untuk wisata, tetapi juga menjadi ruang publik alami, tempat berkumpul, bercerita, bahkan belajar.

*Ruang terbuka hijau

Lahan kosong yang dulu tak terurus kini jadi taman mangrove mini, tempat anak-anak bermain. Sirkulasi udara dan cahaya alami menjadikan kampung terasa lebih sehat.

*Identitas visual kampung

Dinding rumah-rumah kini dihiasi mural bertema mangrove dan laut. Produk UMKM dipajang dengan branding sederhana, memberi kampung ini identitas baru sebagai "kampung hijau pesisir".

Inilah wujud nyata dari arsitektur berkelanjutan berbasis komunitas, di mana ruang hidup alami dan ruang sosial saling mendukung.

Dampak Lebih Luas

Keberhasilan KBA Gunung Anyar Tambak memberi inspirasi banyak pihak.

*Pemerintah Surabaya menjadikannya contoh kampung wisata pesisir.

*Mahasiswa dan peneliti dari berbagai universitas, termasuk ITS dan Unair, rutin datang untuk riset ekologi mangrove.

*Masyarakat luas belajar bahwa menjaga lingkungan bisa berjalan seiring dengan meningkatkan ekonomi.

Kini, nama Gunung Anyar Tambak tidak lagi identik dengan tambak kumuh. Ia dikenal sebagai kampung wisata mangrove yang mengajarkan harmoni antara manusia dan alam.

Penutup: Dari Akar Mangrove, Tumbuh Harapan

Kisah KBA Gunung Anyar Tambak membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil. Dari menanam satu bibit mangrove, lahir ribuan pohon yang menahan abrasi. Dari bank sampah sederhana, lahir kesadaran kolektif menjaga lingkungan. Dari dapur sederhana, lahir produk UMKM yang menghidupi keluarga.

Dari akar mangrove yang kokoh, tumbuh pula akar harapan bagi masa depan kampung pesisir.

Kampung ini bukan lagi kampung tambak biasa, melainkan kampung hijau yang menjadi inspirasi bagi Indonesia.

#kabarbaiksatuindonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun