Penutup
Konflik manusia–macaca bukanlah perang tanpa akhir, melainkan cermin dari cara kita memperlakukan alam. Saat hutan hilang, satwa liar kehilangan rumah. Mereka datang ke ruang kita bukan karena ingin, tapi karena tidak punya pilihan lain.
Alih-alih membenci, kita seharusnya melihat mereka sebagai “alarm ekosistem”: tanda bahwa ada yang salah dalam tata kelola hutan dan ruang hidup. Jika habitat mereka terjaga, manusia pun akan hidup lebih aman.
Konflik manusia–macaca sesungguhnya adalah ujian empati kita. Jika kita mampu menjaga ruang hidup mereka, maka kita juga sedang menjaga masa depan ekosistem yang menopang kehidupan manusia. Jadi, mari berhenti melihat macaca sebagai musuh. Mulailah melihat mereka sebagai mitra dalam menjaga keseimbangan alam Indonesia.
Masa depan hubungan manusia dan macaca sangat ditentukan oleh keputusan kita hari ini. Apakah kita memilih untuk mengusir mereka, atau justru belajar hidup berdampingan? Setiap individu dapat memulai langkah kecil, seperti tidak memberi makan satwa liar secara sembarangan atau ikut menyebarkan edukasi kepada teman sebaya. Perubahan besar selalu berawal dari kesadaran kecil yang dilakukan bersama.
Jadi, ketika bertemu macaca di jalan, ingatlah bahwa mereka bukan musuh, melainkan korban dari kesalahan kolektif kita. Belajar berbagi ruang hidup dengan lebih bijak bukan hanya soal melindungi satwa, tapi jugamenjaga masa depan kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI