3.Perusakan Habitat
Deforestasi tahunan di Indonesia masih tinggi. Data KLHK 2023 mencatat laju kehilangan hutan mencapai ratusan ribu hektar per tahun. Habitat yang rusak berarti sumber makanan alami hilang, memaksa macaca mencari alternatif—dan sayangnya, itu berarti ladang dan rumah manusia.
4.Perilaku Monyet yang Dibentuk Manusia
Kebiasaan wisatawan memberi makan monyet membuat mereka semakin berani. Studi di Bali menunjukkan bahwa monyet di area wisata seperti Ubud tidak hanya mengandalkan hutan, tapi juga makanan dari turis. Akibatnya, perilaku agresif meningkat, bahkan berisiko menularkan penyakit lewat gigitan atau cakaran.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, Indonesia kehilangan lebih dari 600 ribu hektar hutan pada periode 2019–2022. Angka ini bukan sekadar statistik; bagi macaca, itu berarti hilangnya ribuan pohon tempat berlindung dan mencari makan.
Di Sumatra Barat, petani pisang melaporkan kerugian hingga jutaan rupiah per musim panen karena serangan monyet. Sementara di Bali, sebuah studi Universitas Udayana menemukan bahwa lebih dari 70% perilaku agresif monyet dipicu oleh pemberian makanan dari wisatawan.
Dampak dan Persepsi Negatif
•Gangguan Aktivitas Manusia
Mungkin kamu pernah dengar cerita monyet masuk bandara atau sekolah. Di Yogyakarta, misalnya, macaca tercatat meresahkan warga karena sering masuk ke perkampungan. Gangguan ini bukan sekadar sepele, tapi bisa mengganggu keselamatan manusia.
•Kerugian Ekonomi
Petani adalah pihak yang paling merasakan dampak konflik. Menurut penelitian Universitas Andalas (2022), kerugian akibat serangan monyet di lahan pertanian pisang di Sumatra Barat bisa mencapai jutaan rupiah per musim panen.