Â
Pilpres di era digital ditandai dengan peran signifikan media sosial dalam membentuk persepsi publik.penyebaran hoaks atau berita palsu selama masa kampanye bukan hanya sekedar fenomena,melainkan ancaman serius terhadap integritas proses demokrasi.Artikel ini saya tulis dan akan saya menganalisis bagaimana hoaks pilpres tersebar melalui media sosial,platform mana yang paling banyak digunakkan,dampaknya terhadap opini publik dan perilaku pemilih,serta Upaya klarifikasi dan penanggulangannya.
  Adapun penyebaran hoaks melalui media sosial.media sosial dengan jangkauan yang luas dan kecepatan penyebaran informasi yang tinggi,menjadi lahar subur bagi penyebaran hoaks.ada beberapa mekanisme penyebaran hoaks yang umum terjadi,yaitu yang pertama adalah Strategi viral marketing.Hoaks ini seringkali dirancang dengan elemen yang menarik perhatian,seperti sensasi,emosi,atau isu kontroversial.hal ini membuat hoaks mudah viral dan tersebar secara eksponensial melalui fitur berbagi dan repost di berbagai platform media sosial.
  Yang kedua adalah Kelompok Whatsapp.Group Whatsapp dengan sifatnya yang tertutup dan personal,seringkali menjadi tempat penyebaran hoaks secara tertarget.informasi yang disebar di group whatsapp cenderung dipercaya karena berasal dari orang-orang yang dikenal dan dianggap terpercaya.
  Yang ketiga adalah Akun Fake dan Bot.Akun media sosial palsu dan bot (akun otomatis) digunakan untuk menyebarkan hoaks secara massif dan terorganisir.akun-akun ini seringkali sulit diidentifikasi dan dilacak,sehingga sulit untuk menghentikan penyebaran hoaks.
  Yang terakhir adalah Manipulasi Gambar dan Video.Hoaks seringkali disertai dengan gambar dan video yang telah dimanipulasi atau di edit agar terlihat lebih meyakinkan.hal ini membuat sulit bagi Masyarakat untuk membedakan antara informasi yang benar dan palsu.
  Meskipun penyebaran hoaks terjadi di berbagai platform media sosial,beberapa platform cenderung lebih rentan.berdasarkan berbagai studi dan pengamatan,Facebook dan Whatsapp seringkali menjadi platform utama penyebaran hoaks pilpres.facebook dengan jumlah pengguna yang sangat besar,memungkinkan hoaks untuk menjangkau audiens yang sangat luas.Whatsapp,dengan sifatnya yang personal dan tertutup,memudahkan penyebaran hoaks secara tertarget dan sulit dilacak.Twitter dan Instagram juga berperan,namun biasanya sebagai platform untuk amplifikasi hoaks yang sudah beredar di platform yang lain.
  Adapula dampak terhadap opini publik dan perilaku pemilih.dampak penyebaran hoaks pilpres terhadap opini publik dan perilaku pemilih sangat signifikan.Hoaks dapat membentuk persepsi negatif terhadap calon tertentu,memengaruhi pilihan pemilih,dan bahkan memicu konflik sosial.kepercayaan publik terhadap informasi yang beredar di media sosial dapat menurun,dan polarisasi politik dapat meningkat.
  Contoh kasus yang seperti kita tahu yaitu kasus hoaks tentang Penculikan Anak dan kasus hoaks tentang Calon Presiden.Selama masa kampanye pilpres,seringkali beredar hoaks tentang penculikan anak yang di kaitkan dengan isu politik tertenntu.hoaks ini bertujuan untuk menimbulkan ketakutan dan kepanikan di Masyarakat,serta mempengaruhi pilihan pemilih.
  Kemudian tentang Calon Presiden.Berbagai hoaks tentang calon presiden tertentu,mulai dari isu korupsi hingga isu pribadi,seringkali tersebar luas di media sosial.hoaks ini bertujuan untuk menjatuhkan citra calon tertentu dan menguntungkan calon lain.
  Hoaks pilpres merupakan ancaman serius terhadap demokrasi.  Media sosial, dengan jangkauan dan kecepatan penyebaran informasi yang tinggi, mempermudah penyebaran hoaks dan berdampak signifikan terhadap opini publik dan perilaku pemilih.  Upaya pencegahan dan penanggulangan hoaks membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, media massa, platform media sosial, dan masyarakat itu sendiri.  Peningkatan literasi digital dan penegakan hukum yang tegas merupakan kunci dalam menjaga integritas proses demokrasi di era digital